Senin 08 Jan 2024 19:53 WIB

Anas Janji Perjuangkan Ojol jika PKN Menang

Driver Ojol semestinya diposisikan sebagai mitra bukan karawan.

Ketua Umum PKN Anas Urbaingrum, berjanji akan memperjuangkan ojek online (Ojol), jika menang Pemilu 2024.
Foto: istimewa/doc humas
Ketua Umum PKN Anas Urbaingrum, berjanji akan memperjuangkan ojek online (Ojol), jika menang Pemilu 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PKN Anas Urbaingrum, berjanji akan memperjuangkan ojek online (Ojol), jika menang Pemilu 2024. Driver Ojol semestinya diposisikan sebagai mitra bukan karawan.

“Jika PKN menang, partai ini akan memperjuangkan driver Ojol mendapatkan kembali kesejahteraannya, 90 persen penghasilan merupakan hak driver yang memiliki semuanya, kecuali sistem. 10 persen itu sudah cukup besar bagi aplikator, itu namanya keadilan,” kata Anas, dalam siaran persnya, Senin (8/1/2024).

Anas menyebut  Ojol merupakan alternatif pekerjaan yang banyak diminati masyarakat dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir. Data yang dirilis Asosiasi Ojek Online GARDA mencatat jumlah driver Ojol di Indonesia mencapai sekitar 4 juta orang. Angka ini lebih besar dari jumlah profesi lama, seperti nelayan. 

Secara keseluruhan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, adalah pasar bagi 70% angkutan online di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri lebih dari 20 juta masyarakat adalah pengguna angkutan online.

Pekerjaan Ojol, kata Anas, juga merupakan faktor pengungkit bagi tumbuhnya pengguna produk IT. Hal ini karena setiap Ojol pasti merupakan pemegang smartphone dengan semua fasilitas teknologi yang melekat pada perangkat tersebut.

Namun, ternyata di balik tren pekerjaan Ojol ini terdapat keprihatinan. Menurut Anas, posisi tawar driver Ojol semakin lemah terhadap aplikator. Ini tercermin dari semakin kecilnya pembagian hasil antara driver dan aplikator.

“Berdasarkan riset kami, hampir 30% hasil kembali ke aplikator, sementara driver hanya memperoleh 70% dari hasil kerja bersama, padahal dulu di awal-awal porsi driver mencapai 90% dari total hasil yang diperoleh. Ini kan tidak fair, karena aplikator hanya menyediakan sistem, sementara tenaga, alat kerja (motor/mobil), dan bensin adalah tanggung jawab driver” papar mantan ketua umum Partai Demokrat ini.

Bagi Anas, idealnya driver harus dipandang sebagai mitra penuh oleh aplikator, bukan karyawan. Sehingga porsi pembagiannya harusnya tidak terus dikurangi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement