REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tengah berupaya memperoleh akreditasi internasional. Meski sudah menduduki akreditasi A atau sangat baik pada tingkat nasional, FIK UMJ optimistis dapat menduduki akreditasi internasional guna penekanan pada standarisasi kemampuan lulusan melalui ketercapaian outcomes sebuah program studi.
"Kita saat ini sedang menyiapkan untuk akreditasi ulang, dan akreditas yang kita lakukan adalah untuk pendekatan akreditasi internasional. Jadi kita sudah mengajukan ke kementerian untuk mendapatkan hibah pendampingan menyiapkan akreditas internasional," kata Dekan FIK UMJ Miciko Umeda, saat ditemui Republika.co.id di Kampus UMJ, Ciputat, Selasa (12/7/2023).
Dalam perjalanannya menjadi sebuah fakultas, FIK UMJ berangkat dari embrio keperawatan dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ. Seiring berjalannya waktu, Miciko menceritakan bahwa FIK mendapatkan izin untuk mendirikan sarjana keperawatan yang mandiri karena memiliki minat luas di dunia keperawatan.
"Kemudian kami berkembang secara terus menerus, kepercayaan terhadap masyarakat terus tumbuh sehingga tahun 2014 kami berpisah dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ, sebab jumlah mahasiswanya sudah terlalu banyak," ujarnya.
Dia mencatat, tiap tahun jumlah mahasiswa FIK rata-rata mencapai 1.300 hingga 1.500 dengan enam program studi di dalamnya. FIK berdiri sebagai wujud peran serta UMJ dalam pembangunan bangsa melalui pendidikan bidang kesehatan khususnya perawatan kesehatan.
Miciko mengatakan, FIK awalnya memiliki enam prodi, di antaranya D III keperawatan, sarjana keperawatan, magister keperawatan dengan lima peminatan (peminatan maternitas, anak, manajemen, kmb dan komunitas), prodi spesialis (spesialis keperawatan medikal bedah dan spesialis keperawatan komunitas), dan profesi ners.
Untuk memenuhi minat masyarakat yang tinggi pun, FIK tengah berproses dalam membuka program spesialis keperawatan anak. Kendati begitu hingga 2018 lalu, FIK tidak lagi menerima program D III Keperawatan.
"Hingga saat ini yang ada ialah Program Magister dengan lima peminatan, Program Sarjana Keperawatan, Program Spesialis (Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Medikal Bedah), dan Program Profesi (Profesi Ners)," jelas Miciko.
Adapun lulusan daripada enam prodi tersebut tersebar di berbagai rumah sakit di Indonesia, khususnya daerah Jabodetabek. Menurut dia, rata-rata lulusan D III FIK UMJ kembali melanjutkan program sarjananya.
Dari situ, mereka tersebar di berbagai rumah sakit seperti rumah sakit- rumah sakit di bawah naungan UMJ hingga rumah sakit besar seperti RSCM, Harapan Kita, Dharmais dan RSUD di berbagai daerah. Di sisi lain, FIK UMJ juga menorehkan inovasi-inovasi yang muncul selama berdiri.
Miciko merupakan bagian dari sejarah inovasi keperawatan pada pembelajaran di UMJ. Pihaknya pun telah melakukan berbagai kerja sama baik di dalam maupun luar negeri untuk bertukar pandangan atau best practice.
"Jadi banyak hal yang sudah kami lakukan di FIK UMJ, kami bekerja sama baik itu di dalam dan luar negeri. Kerja sama dalam negeri biasanya kami paling banyak untuk praktek mahasiswa, praktek klinik. Sebab kan pendidikan profesi itu harus di rumah sakit jadi seluruh Rumah Sakit di Jabodetabek kami kerja sama untuk meningkatkan kompetensi dari lulusan kita," kata dia.
"Kami punya visi yang lebih kepada neurosains," imbuhnya.
Di sisi lain, FIK juga memiliki misi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk mewujudkan kemandirian masyarakat hidup sehat di berbagai rentang kehidupan. Hal ini dapat diperoleh di program studi spesialis program komunitas.
Selain itu, FIK UMJ, kata Miciko, memiliki tujuan mengembangkan riset-inovatif di bidang ilmu-ilmu keperawatan untuk mendukung pengembangan ilmu keperawatan dan mewujudkan pelayanan keperawatan berbasis evidence. Belum lama ini, pihaknya melakukan pemutakhiran kurikulum terkait dengan menjawab apa perubahan regulasi yang ada di pemerintah.
"Jadi kami buat pc yang terbaru itu adalah memberikan asuhan kepada pasien-pasien dengan kasus katastropis/penyakit-penyakit katastropis itu seperti penyakit jantung, stroke, gangguan urologi, dan kasus-kasus terbanyak," katanya.
Selain itu, mahasiswa program Profesi Ners belum lama ini menyelenggarakan seminar keperawatan tentang Electronic Medical Record (EMR). Seminar ini merupakan mata kuliah akhir dari Pembelajaran Profesi Ners berjumlah 2 SKS ini bertujuan untuk mengetahui implementasi aplikasi dan efektivitas penggunaan EMR di rumah sakit pada era digital.
Ini dipilih menilik regulasi dari Pemerintah tentang kemajuan IPTEK sehingga pelayanan di rumah sakit diharapkan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan sistem.
"EMR ini sudah ada di berbagai rumah sakit, namun kita sebagai institusi penyelenggara nantinya menghasilkan lulusan yang mampu menjawab teknologi dan supaya nanti mahasiswa kita lulusan kita ketika dia diterima di sebuah rumah sakit sudah memahami bagaimana mengimplementasikan EMR pada pasiennya karena semua itu adalah pencatatan perjalanan kronologisnya pasien dalam sistem," kata Miciko.