Gatot menegaskan, pihak sekolah tidak terbebani dengan penerapan jalur zonasi. Hanya saja memang diakui butuh waktu untuk sama-sama adaptif antara sekolah dan warga sekitar dengan background masing-masing yang berbeda. Menurutnya, para guru-lah yang menjadi ujung tombak perubahan siswa melalui cara mendidik.
"Itu kan kewajiban guru, memintarkan anak yang kurang atau belum pintar. Jadi semua pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang malas. Kita di SMAN 8 berusaha menggiatkan anak yang malas untuk rajin belajar sehingga di sekolah masih ada KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk memotivasi anak belajar kalau enggak sampai 75 maka akan remedial, nah dengan menghindari remedial kan harus terpacu belajar," tegas dia.
Gatot berharap dengan sosialisasi yang masif, lambat laun warga sekitar yang barangkali minder untuk masuk ke SMAN 8 bisa lebih percaya diri dan memanfaatkan kesempatan menggunakan jalur zonasi. "Nanti dengan berjalannya waktu akan menjadi hal yang biasa," tutur dia.