Rabu 05 Jul 2023 17:15 WIB

Pengamat Ungkap Konsekuensi Jika Yenny Wahid Jadi Cawapres Anies

Yenny cawapres Anies bisa memaksimalkan suara di Jatim, tapi melemahkan di luar Jawa.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Erik Purnama Putra
Tokoh NU Yenny Wahid bertemu dengan Anies Rasyid Baswedan saat menjadi gubernur DKI di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin (19/9/2022).
Foto: @aniesbaswedan
Tokoh NU Yenny Wahid bertemu dengan Anies Rasyid Baswedan saat menjadi gubernur DKI di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin (19/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid menguat dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) pendamping bacapres Anies Rasyid Baswedan. Nama putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dimunculkan oleh politikus Partai Nasdem.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam membeberkan sejumlah konsekuensi jika Anies sampai memilih Yenny. Pertama, memastikan basis dukungan dari Partai Demokrat dan PKS tetap dalam koalisi perubahan. Hal itu mengingat Demokrat dan Nasdem selama ini telah mengusulkan nama cawapres dari kader masing-masing.

"Memilih Yenny dihadapkan pada sejumlah tantangan, pertama basis dukungan partai, di mana Partai Demokrat dan PKS telah memiliki usulan nama dari kader masing-masing, sedangkan kuota atau hak veto Nasdem sudah digunakan penunjukkan Anies sebagai Capres yang merepresentasikan wajah Nasdem," ujar Khoirul di Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Khoirul menjelaskan, memilih Yenny juga dihadapkan pada tantangan masih terbatasnya tingkat elektabilitas personal Yenny yang masih belum kompetitif. Sehingga, menjadi Yenny sebagai cawapres Anies kemungkinan basis dukungannya akan optimal di Jawa Timur saja.

"Namun melemah di provinsi-provinsi yang lain, terutama di luar Jawa," ujarnya.

Namun demikian, menurut Khoirul, pemilihan Yenny juga memiliki keuntungan bagi Anies. Dalam konteks ini, Yenny dapat merepresentasikan elemen kekuatan NU yang mewakili karakter Islam moderat dan nasionalisme-religius. Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) itu menyebut, faktor tersebut bisa dimanfaatkan Anies untuk menepis tudingan kedekatannya dengan Islam konservatif.

"Selain itu, Yenny juga mewakili elemen kekuatan politik perempuan, yang tampaknya tidak ada dalam radar pembacaan potensi Cawapres di lingkaran Ganjar maupun Prabowo," ujarnya.

Khoirul menilai, munculnya nama Yenny juga sebagai bentuk manuver kekuatan politik yang ada di Koalisi Perubahan. Hal itu sebagai akibat dari lambatnya Anies untuk mengumumkan pendamping menyambut Pilpres 2024.

Menurut dia, sikap gamang Anies dimanfaatkan oleh elemen di dalam Koalisi Perubahan untuk memantik berbagai spekulasi nama baru dalam bursa cawapres Anies. "Karena itu, besar kemungkinan nama-nama baru sengaja dimunculkan untuk menghadirkan tekanan terhadap nama cawapres yg telah ditetapkan," ujar Khoirul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement