Rabu 05 Jul 2023 16:43 WIB

Pakar Politik Prediksi Golkar dan PKB Bisa Buat Poros Keempat

Bisa terbentuk pasangan Airlangga-Cak Imin dan Prabowo-Erick Thohir didukung Jokowi.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Rabu (3/5/2023). Pertemuan tersebut dalam rangka halal bi halal sekaligus membahas terkait koalisi partai.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Rabu (3/5/2023). Pertemuan tersebut dalam rangka halal bi halal sekaligus membahas terkait koalisi partai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyebut, peta koalisi Pemilihan Presiden 2024, saat ini masih dinamis. Bahkan baru-baru ini santer terdengar munculnya poros baru atau keempat sebagai alternatif dari tiga poros koalisi partai yang sebelumnya terbentuk.

Menimbang begitu dinamisnya perkembangan kemungkinan koalisi pilpres, Adi  memprediksi, bakal ada tiga hingga empat poros koalisi menghadapi Pilpres 2024. Adapun poros baru itu terdiri Partai Golkar dan PKB, yaitu pasangan Airlangga Hartarto-Abdul Muhaimin Iskandar.

"Saya pikir pada Pilpres 2024 sepertinya lebih baik menciptakan empat poros, sehingga menu capresnya lebih banyak dan lebih variatif bagi publik. Pemilih bisa menentukan pilihan bukan hanya pada dua calon tapi empat calon, tentu saja ini bagus bagi demokrasi," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Menurut Adi, jika dilihat dari perkembangan dan situasi politik saat ini, Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga dapat menjadi motor penggerak poros keempat. Potensi poros keempat bisa terwujudm mengingat komunikasi antara kedua ketua umum yang cukup baik dan intens.

Adi menjelaskan, Golkar dan PKB merupakan partai besar. Apalagi, Golkar dengan perolehan suaranya terbanyak kedua pada Pemilu 2019, tentunya menggambarkan partai ini stabil dan memiliki basis massa yang kuat. Belum lagi, PKB masih terombang-abing di tengah belum pastinya berkoalisi dengan Gerindra.

"Duet Partai Golkar dan PKB ini sangat menarik kalau mau dikaji dari sisi peta suara di daerah, terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur. Dua partai ini punya basis massa yang cukup banyak, punya mesin partai dan mesin pemenangan yang solid," katanya.

Apalagi, lanjut Adi, sejumlah rumor politik dan peristiwa pertemuan antara Jokowi, Prabowo, dan Erick Thohir memberi sinyal potensi pasangan Prabowo-Erick dapat bersanding. Pasangan tersebut diusung Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Saya melihat fenomena tersebut menjadi sinyal Prabowo sangat mungkin pada akhirnya bersanding bersama Erick Thohir dibandingkan Cak Imin. Hal ini menjadi momentum PKB akhirnya merapat ke Partai Golkar," ungkap Adi.

Pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Husaini Dani menambahkan, faktor Golkar dan PKB ikut menentukan dalam proyeksi koalisi Pilpres 2024. Dengan pendekatan tersebut maka proyeksi koalisi Pilpres 2024 juga akan semakin mengerucut.

Pertama, poros PDIP bersama PPP dan Perindo akan mengusung Ganjar Pranowo berpasangan dengan Sandiaga Uno, atau sosok senior sebagai perwakilan segmen pemilih religius, seperti Mahfud MD, Muhadjir Effendy, dan Tuan Guru Bajang. Menurut Dani, koalisi Ganjar berpasangan dengan Erick Tohir juga masih terbuka.

Sementara poros kedua adalah Gerindra yang jika tidak dengan PKB maka bisa berpasangan dengan PAN. Poros akan mengusung Prabowo sebagai capres berpasangan dengan Erick Tohir cawapres. "Meski di poros kedua ini, peluang koalisi Prabowo dengan Cak Imin atau Airlangga Hartarto yang diusung Partai Golkar juga masih terbuka lebar," ucap Dani.

Sementara poros terakhir adalah Anies Baswedan. Di poros ini, peluang Anies berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dibayang-bayangi pula oleh kemungkinan nama bacawapres dari PKS. Meski demikian, kemungkinan Partai Golkar merapat ke poros ini juga masih memiliki kemungkinan.

"Jika poros ketiga gagal terbentuk, dan Golkar ditinggalkan dan tidak berkoalisi dengan PDIP ataupun Gerindra, maka menurut saya Partai Golkar bisa saja berkoalisi dengan Partai Nasdem, apakah Anies-Airlangga, atau sebaliknya Airlangga-Anies, masih sangat mungkin membuat kejutan," ucap Dani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement