Jumat 23 Jun 2023 15:14 WIB

BNPB: Sebagian Wilayah di Jateng Mulai Kekeringan, Ribuan Warga Krisis Air Bersih

Berdasarkan data BMKG Semarang, peluang curah hujan dilaporkan sangat rendah.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Petani melihat kondisi sawah yang mengering di Desa Kedung Kelor, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (17/6/2023). Menurut petani setempat sekitar 20 hektare sawah di daerah tersebut terancam gagal panen akibat kekeringan dan kesulitan air irigasi tiga bulan terakhir.
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Petani melihat kondisi sawah yang mengering di Desa Kedung Kelor, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (17/6/2023). Menurut petani setempat sekitar 20 hektare sawah di daerah tersebut terancam gagal panen akibat kekeringan dan kesulitan air irigasi tiga bulan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan laporan kekeringan mulai melanda sebagian wilayah di Jawa Tengah. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, beberapa kabupaten sudah mulai melaporkan adanya krisis air bersih.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, laporan yang pertama dari warga Desa Kendalsari, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, sebanyak 4.360 warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

Baca Juga

"Sebagai upaya antisipasi dan penanganannya, BPBD Kabupaten Klaten telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tanki hingga 30.000 liter," kata Muhari dikutip dari siaran pers BNPB, Jumat (23/6/2023).

Laporan kedua, kekeringan juga melanda wilayah Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Sebanyak 234 warga dilaporkan kesulitan air bersih. BPBD Kabupaten Magelang telah mengirim pasokan air bersih hingga 10.000 liter.

Kekeringan selanjutnya juga dirasakan oleh 1.460 warga Kelurahan Jabung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. BPBD Kota Semarang juga telah mengirimkan air bersih hingga 10 ribu liter.

"Adapun sebanyak 150 warga Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan mulai merasakan kelangkaan air bersih. BPBD Kabupaten Grobogan telah mendistribusikan air bersih hingga 10.000 liter," ujarnya.

Sementara, berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, sebagian besar wilayah di Jawa Tengah, peluang curah hujan dilaporkan sangat rendah dengah prakiraan kurang dari 90 persen atau di bawah 50 mm hingga dasarian 3 Juli 2023 mendatang.

Di samping itu, sebelumnya BMKG juga menyatakan, fenomena El-Nino membuat musim kemarau tahun ini akan lebih panjang dari periode sebelumnya. Selain kekeringan, BMKG juga mengatakan bahwa musim kemarau tahun ini dapat memicu terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan.

Karenanya, sebagai upaya antisipasi dalam menghadapi potensi bencana kekeringan selama musim kemarau, Muhari mengimbau masyarakat  dapat menghemat dan mengelola penggunaan air dengan baik.

Di samping itu, warga juga diharapkan dapat melalukan perbaikan lingkungan dengan menanam pohon, membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi, melakukan perlindungan kepada sumber air bersih yang tersedia dan panen hujan serta konservasi air. 

Untuk Pemerintah daerah yang memerlukan dukungan pengisian waduk, danau dan embung, bisa mengusulkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) kepada BNPB.

"Namun didahului dengan penetapan status siaga atau tanggap darurat kekeringan," ujarnya.

 

photo
Waspada Fenomena La Nina Triple Dip - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement