REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Barat, pada 2021 Kota Bandung menjadi kota dengan jumlah pengguna narkoba terbanyak di Jawa Barat, disusul Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Hal ini diamini oleh Kepala BNN Kota Bandung Mada Roostanto, yang mengungkapkan bahwa setiap tahunnya angka pengguna narkoba di Kota Bandung terus mengalami kenaikan.
"(Kota Bandung) kita termasuk tinggi, karena dari jumlah kasusnya juga terus meningkat. Kalau di 2015 saja ada 25 ribu pengguna, saat ini sudah jauh di atas itu," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Bandung, Rabu (21/6/2023).
Dia mengungkapkan, berdasarkan laporan Polrestabes Bandung dan BNN Kota Bandung, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah pengguna narkoba. Mada mengatakan, pada 2020 Kota Bandung mencatat sebanyak 250 kasus narkoba dan meningkat menjadi 300 lebih kasus pada tahun setelahnya.
"Itu gabungan antara pengguna remaja dan dewasa mulai dari pelajar, pekerja, pengangguran, ibu rumah tangga, itu berbagai macam kalangan," katanya.
Meskipun terdiri atas berbagai macam kalangan, pekerja masih menjadi kelompok yang mendominasi, disusul pelajar, ungkap Mada. Menurutnya, karena barang-barang haram tersebut mayoritas dibanderol dengan harga tinggi, penggunanya masih didominasi oleh kalangan pekerja atau mereka yang mampu secara finansial.
"Tapi, pelajar juga cukup banyak karena ada beberapa jenis narkotika yang harganya murah seperti obat daftar G, excimer, tramadol, itu yang banyak digunakan pelajar karena harganya terjangkau," ujarnya.
"Untuk usianya memang belum diketahui secara spesifik, tapi ada pula pengguna usia SD karena tramadol itu gampang ditemui, murah, banyak penjualnya, karena memang jenis itu lebih masuk ke obat keras ya dibanding narkotika," katanya.
Saat ditanya terkait kemungkinan penyebab atau alasan banyaknya pengguna narkoba di Kota Bandung, Mada menganggap faktor lingkungan dan lingkaran pertemanan dapat menjadi salah satu alasan seseorang terjerat narkoba. Selain itu, rasa ingin tahu yang tinggi juga bisa menjadi alasan, terutama bagi pengguna usia remaja.
"Ada yang karena KEPO, biasanya anak-anak yang begini karena rasa ingin tahunya tinggi, ada juga karena stres apalagi selama pandemi," ujar Mada.