Selasa 20 Jun 2023 05:28 WIB

Prasetyo Minta Lokasi Colokan Kendaraan Listrik di Jakarta Diperbanyak

Baru kunjungan dari Los Angeles, Prasetyo ingin charging spot diperbanyak dan gratis.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, mengomentari soal kualitas udara di Jakarta yang buruk dengan menekankan soal pentingnya pengalihan kendaraan berbahan bakar fosil menuju berbahan bakar listrik. Salah satu solusi mempercepat adalah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI diminta memberikan subsidi untuk pengisian bahan bakar listrik.

Tujuannya agar masyarakat lebih tertarik untuk mau beralih ke kendaraan listrik. Hal itu pun nantinya bisa berdampak terhadap kualitas udara di Jakarta menjadi lebih bersih.

"Pemerintah harus siapkan charging-charging itu, di mana-mana harus ada. Seperti di mal, di rest area, di semua perkantoran wajib, disubsidi pemerintah," kata Prasetyo di kawasan gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (19/6/2023).

Prasetyo menjelaskan, charging spot untuk kendaraan listrik yang disediakan secara memadai dapat menarik masyarakat untuk mau menggunakan kendaraan listrik. Pasalnya, minimnya charging spot menjadi kendala bagi pemilik kendaraan listrik untuk bermobilisasi.

Jakarta, lanjut Prasetyo, bisa belajar dari Los Angeles (LA), Amerika Serikat. Dia bercerita beberapa waktu lalu bertandang ke LA dan memperlajari tentang sosialisasi kendaraan listrik, termasuk penyediaan charging spot yang memadai.

"Dua pekan yang lalu saya kunjungan kerja ke LA, programnya adalah bagaimana menyosialisasikan mobil listrik terhadap masyarakat pengguna. Semua ada subsidi pemerintah di LA, memberi charging gratis di tempat di mana-mana. Kalau itu sudah banyak, pasti orang akan lari ke mobil listrik," jelas politikus PDIP itu.

Sementara itu, jika tidak ada fasilitas dan subsidi untuk fasilitas seperti itu, sambung dia, tidak banyak masyarakat yang beralih ke kendaraan listrik. Dengan kondisi itu, masyarakat masih 'nyaman' menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil yang menyebabkan udara menjadi kotor.

"Kalau itu enggak ada istilahnya mobil listrik juga masih pakai solar dan bensin, namanya udara pasti akan kotor terus dan bagaimana caranya transportasi umum diperbaiki. Di LA tahun 2038 sudah clean buat masalah udara," jelas Prasetyo.

Menurut situs IQ Air, Jakarta menempati posisi teratas beberapa kali sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta membenarkan penyebab utama kualitas udara buruk dipengaruhi oleh kontribusi sektor transportasi, selain sektor industri. Mobil listrik pun kian digadang-gadang menjadi salah satu solusinya mengatasi pencemaran udara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement