REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Suasana haru menyelimuti Wisuda ke-17 Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Pontianak yang digelar di Qubu Resort, Kubu Raya, pada Rabu (12/11/2025).
Di tengah tepuk tangan ratusan peserta, air mata Aan Apriyanti jatuh tanpa mampu ia bendung ketika namanya diumumkan sebagai Wisudawan Terbaik Program Studi Sistem Informasi Akuntansi dengan IPK 3,94.
Aan bukan hanya berdiri sebagai lulusan terbaik hari itu, tetapi juga sebagai harapan keluarga kecilnya yang selama ini bertahan dalam kesederhanaan.
Ayahnya, Edy Johan, bekerja sebagai satpam dengan jam kerja panjang, ibunya, Karmila, seorang ibu rumah tangga yang berusaha membantu kebutuhan keluarga sebisanya. Kondisi ekonomi yang pas-pasan kerap membuat Aan ragu bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Saat diwawancarai, Aan mengaku dialah harapan orang tua agar anak sulung mereka dapat meraih pendidikan yang lebih tinggi menjadi alasan paling kuat bagi Aan untuk terus melangkah. "Saya ambil kesempatan kuliah ini demi orang tua. Mereka yang paling berharap saya bisa melanjutkan pendidikan,” ujar Aan.
Hari wisuda menjadi bukti, keteguhan dan pengorbanan itu tidak sia-sia. Saat Aan berdiri di panggung menerima penghargaan lulusan terbaik, kedua orang tuanya tak mampu menyembunyikan air mata bahagia.
Edy mengatakan, sejak kecil putrinya selalu menunjukkan tanggung jawab dan kesungguhan dalam belajar. “Kami sangat terharu. Aan selalu lakukan yang terbaik. Melihat ia diwisuda sebagai lulusan terbaik adalah kebanggaan yang tidak bisa dijelaskan,” ucapnya.
Di sisi lain, Karmila yang duduk di barisan keluarga beberapa kali harus menyeka air mata saat melihat putrinya mengenakan toga. “Aan anak yang tak pernah menyerah. Selalu berusaha semampunya. Hari ini perjuangannya terbayar,” ujarnya penuh syukur.
Perjalanan Aan menuju kelulusan tidak mudah. Jarak rumah ke kampus yang cukup jauh membuatnya harus berangkat lebih awal setiap hari. Ia juga sempat menghemat uang makan agar dapat bertahan sampai akhir semester.
Meski begitu, semangatnya tidak pernah padam. Pengalaman mengikuti program Kampus Merdeka, di mana ia mendapat kesempatan mengajar di sekolah, menjadi pembentuk karakter sekaligus pengalaman paling berarti selama kuliah.
Menjelang kelulusan, Aan mulai bekerja setelah menerima tawaran dari tempat magangnya. Dukungan lingkungan kerja yang fleksibel memberi ruang baginya untuk tetap fokus menyelesaikan studi tepat waktu.
Kabar bahagia lainnya, Aan kini resmi menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di UBSI. Kesempatan tersebut menjadi langkah baru bagi Aan untuk memperbaiki masa depan keluarga dan mengejar mimpi yang selama ini ia simpan dalam diam.
Momen wisuda UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif itu bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga perjalanan panjang sebuah keluarga sederhana yang tak pernah berhenti percaya pada pentingnya pendidikan.
Kisah Aan menjadi pengingat bahwa kerja keras, doa orang tua, dan keberanian untuk bertahan mampu membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.