REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, menyatakan perempuan yang berdaya adalah ketika perempuan mengenali dirinya dan bisa menggunakan potensinya untuk berperan di tengah masyarakat. Namun untuk bisa menjadikan seluruh perempuan Indonesia agar dapat berdaya, bukanlah hal yang mudah.
Seluruh lapisan masyarakat perlu memberikan dukungannya dan perlu dibudayakan mulai dari inti terkecil masyarakat yaitu keluarga. Sayangnya, menurut data yang dipaparkan oleh Kementerian PPPA, indeks pembangunan perempuan di Indonesia masih sangat rendah; dibandingkan 10 negara-negara di ASEAN, Indonesia hanya mencapai ranking ke-9.
Ditemui di acara yang sama, Yenny Wahid, selaku aktivis perempuan, turut menyampaikan bahwa agenda pemberdayaan perempuan tidak lepas dari peningkatan kesetaraan gender. Kesetaraan gender bukan hanya sekedar konsep, namun perlu dipraktekkan mulai dari keluarga.
Di mana orang tua baik ayah dan ibu memiliki peran yang sama besar sehingga anak-anak sedari kecil memiliki role model bagaimana orang tuanya saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain.
Pelibatan perempuan dalam masyarakat perlu difasilitasi agar dapat menemukan suara mereka. Salah satu pelibatan perempuan yang dapat berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat tentunya pada aspek ekonomi.
Saat ini pelaku UMKM di Indonesia 64 persen adalah perempuan. Ini menunjukkan potensi yang amat besar dan perlu dikembangkan bersama.
Menanggapi hal tersebut, Dolly Susanto selaku Chief Sales Officer & Direktur Home Credit Indonesia, yang turut berpartisipasi dalam sesi women empowerment di Jakarta Marketing Week, memaparkan, kontribusi perseroan terhadap kemajuan ekonomi terletak pada aspek inklusi dan literasi keuangan.
Pihaknya berkomitmen untuk memberikan akses dan edukasi keuangan yang baik termasuk kepada para perempuan.
"Contohnya saja saat ini di momen persiapan tahun ajaran baru, kami turut mendukung para orang tua khususnya Ibu yang ingin mendukung edukasi anaknya melalui keterbukaan akses pembiayaan untuk cicilan laptop misalnya.”
Lebih lanjut Dolly juga menyampaikan bahwa tidak hanya berfokus kepada konsumen, namun Home Credit turut berkomitmen untuk mengembangkan potensi karyawan mereka. Dari 6.000 sales agent Home Credit, sekitar 95 persen-nya adalah perempuan.
Mereka dibina untuk dapat menemukan potensi mereka dan mengejar karir impian mereka. Apalagi mereka merupakan garda terdepan Home Credit tidak hanya untuk memberikan produk keuangan terhadap pelanggan namun juga sebagai financial advisor.
“Di Home Credit kami memiliki 8 kualitas kepemimpinan, dua di antaranya adalah thinking big dan entrepreneurship. Sehingga seluruh karyawan kami, apalagi perempuan, kami harapkan untuk punya ambisi yang besar, punya mimpi. Dan mewujudkannya dengan kerja keras serta percaya diri yang tinggi,” tutur Dolly.