Rabu 14 Jun 2023 17:33 WIB

Kualitas Udara Jakarta tidak Sehat, Pengamat Desak Adanya Pembatasan Kendaraan Pribadi

Kondisi kualitas udara Jakarta berdasarkan catatan IQ Air dalam kondisi tidak sehat.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Berdasarkan situs IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Selasa (6/6/2023) pukul 16.52 WIB berada di angka 151 atau menempati posisi ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Berdasarkan situs IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Selasa (6/6/2023) pukul 16.52 WIB berada di angka 151 atau menempati posisi ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan untuk mengatasi kualitas udara yang buruk di DKI Jakarta harus ada pembenahan kendaraan pribadi yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Kondisi kualitas udara di Jakarta berdasarkan catatan IQ Air dalam kondisi tidak sehat.

"Pemprov DKI harus fokus pada pembenahan transportasi penyebab polusi 46 persen dengan fokus pada pembatasan kendaraan pribadi," kata Nirwono saat dihubungi Republika pada Rabu (14/6/2023).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan pembatasan kendaraan pribadi bisa dilakukan dengan upaya perluasan sistem ganjil-genap (gage) se-Jabodetabek baik mobil dan motor, parkir elektronik progresif, kendaraan lolos uji emisi, wajib garasi atau parkir komunal bagi yang memiliki kendaraan motor maupun mobil.

"Dan mendorong integrasi seluruh transportasi publik manajemen, tiket, harga, infrastruktur penghubung yang didukung trotoar dan tata ruang permukiman di sekitar halte, stasiun dan terminal," kata dia.

Ia menambahkan penghentian bertahap dan pengalihan pembangkit listrik batu bara dan diesel penyebab 31 persen polusi ke energi terbarukan (surya bayu hidro).

"Jika ini berhasil maka setidaknya 46+31 = 77 persen sumber polusi udara sudah terselesaikan," kata dia.

Sebelumnya diketahui, kualitas udara semakin buruk di DKI Jakarta akibat aktivitas kawasan industri di wilayah penyangga. Butuh solusi konkret Pemprov DKI Jakarta. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono pun menanggapi hal ini dengan jawaban yang sekadarnya sambil bercanda.

"Ya saya tiup saja," katanya sambil memeragakan mulutnya yang sedang meniup kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan pada Senin (12/6/2023).

Menurut Heru, solusi permasalahan polusi udara yang diakibatkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor adalah dengan mempercepat kendaraan listrik. 

"Ya dipercepat motor listrik, mobil listrik, terus bahan bakarnya yang memang memenuhi syarat. Ya harus semua pihak mengikuti dong," kata Heru.

Kondisi kualitas udara di Jakarta berdasarkan catatan IQ Air dalam kondisi tidak sehat. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut sumber polutan berasal dari sektor industri dan transportasi.

"Untuk polutan SO2 (sulfur dioksida) sumber terbesar berasal dari sektor industri, sedangkan untuk NOx, CO (karbon monoksida), PM10, dan PM2,5 didominasi berasal dari sektor transportasi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangannya, Jumat (9/6/2023).

Saat disinggung soal potensi penyebab juga berasal dari kawasan industri di daerah-daerah penyangga seperti Jawa Barat dan Banten, Asep menyebut memang ada pengaruhnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement