Ahad 16 Apr 2023 07:05 WIB

Pemudik Asal Ancol Nekat Kemudikan Bajaj ke Pemalang, Jawa Tengah

Aturan lalu lintas juga melarang angkutan umum dalam kota dipakai di luar trayeknya.

Pemudik yang menggunakan bajaj melintas jalur Pantura Simpang Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (29/4/2022). Pemudik menggunakan kendaraan khas ibukota untuk pulang kampung sehingga menjadi perhatian warga daerah karena keunikannya.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Pemudik yang menggunakan bajaj melintas jalur Pantura Simpang Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (29/4/2022). Pemudik menggunakan kendaraan khas ibukota untuk pulang kampung sehingga menjadi perhatian warga daerah karena keunikannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nur Kholik (33 tahun), warga Kampung Muka, Ancol, Jakarta Utara, mudik ke kampung halaman di Pemalang, Jawa Tengah, dengan mengendarai bajaj. Ia berangkat ke Pemalang pada Sabtu sekitar pukul 21.00 WIB.

Dia berangkat bersama istrinya, Sri Winarni (32), dan dua rekannya, pasangan suami istri Selamat dan Watri. Kepada wartawan, Nur yang berprofesi sebagai pengemudi bajaj tersebut mengaku bahwa mudik dengan angkutan umum roda tiga itu lebih hemat biaya daripada menumpang bus.

Baca Juga

"Saya bawa bensin 20 liter. Tuh,saya bawa di belakang pakai jeriken, kalau habis bisa isi lagi. Kalaunaik bus, sekarang tiket Rp170 ribuan per orang, belum ongkos balik (dari Pemalang ke Jakarta)," katanya, Sabtu (15/4/2023).

Perjalanan ke Pemalang, kata Nur, memakan waktu sekitar sembilan jam. Kalau berangkat dari Jakarta pukul 20.00 WIB, jika lancar mereka akan tiba di kampung halaman pada Minggu sekitar pukul 04.00 WIB.

Meski yang dilakukannya terbilang nekat, tekad Nur Kholik sudah membulat. Menjelang shalat maghrib, dia sudah selesai mengemas rapi barang-barang bawaannya, termasuk oleh-oleh, untuk dibawa ke kampung.

Sebelum berangkat mereka juga mengamankan rumah kontrakan yang akan ditinggal mudik dengan mematikan listrik dan mengunci pintu. Nur mengaku sudah mengecek kondisi bajaj miliknya itu sehari sebelum keberangkatan. Semua dicek, mulai dari klakson hingga lampu, agar di perjalanan tidak mengalami masalah, katanya.

Dua rekannya ikut mudik ke Pemalang dengan menumpang bajaj Nur dengan alasan agar bisa beristirahat dengan nyaman kalau kondisi jalan sedang macet. Bajaj itu juga bisa digunakan untuk bepergian bersama keluarga ke rumah kerabat di kampung, kata Nur.

Mudik dengan bajaj termasuk berisiko karena kendaraan itu tidak memiliki standar keselamatan yang dirancang untuk perjalanan jarak jauh. Aturan lalu lintas juga melarang angkutan umum dalam kota dipakai di luar trayeknya.

Apalagi, pemerintah terus berupaya mengurangi angka kecelakaan lalu lintas selama libur lebaran dengan menyediakan layanan mudik gratis dengan bus dan kapal api.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement