Jumat 14 Apr 2023 15:38 WIB

PDIP Yakin Jokowi dan Megawati Satu Frekuensi Soal Pilpres

PDIP menilai salah pola hubungan dan dan komunikasi keduanya selama ini.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Maruf Amin (kanan) dan Ketua Umum PDI P Megawati Soekarnoputri (tengah) di acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). PDIP membantah ada kerenggangan di antara Jokowi dan Megawati. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Maruf Amin (kanan) dan Ketua Umum PDI P Megawati Soekarnoputri (tengah) di acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). PDIP membantah ada kerenggangan di antara Jokowi dan Megawati. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ahmad Basarah membantah adanya hubungan kurang baik antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Megawati Soekarnoputri. Jelasnya, publik menilai salah pola hubungan dan komunikasi keduanya selama ini.

Dalam konteks pemilihan presiden (Pilpres) 2024, ia yakin Jokowi dan Megawati akan satu frekuensi. Baik dalam hal kerja sama politik yang diambil PDIP, maupun nama yang akan diusung sebagai calon presiden (capres).

Baca Juga

"Jadi menurut pendapat saya, dalam konteks pilpres, muaranya nanti Pak Jokowi dan Ibu Mega akan satu frekuensi," ujar Basarah dalam sebuah diskusi daring, dikutip Jumat (14/4/2023).

Kesamaan frekuensi tersebut terlihat ketika Jokowi menghadiri silaturahim nasional yang dihadiri ketua umum Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tujuan utamanya adalah menyamakan pandangan untuk menghadirkan keberlanjutan di periode 2024-2029.

"Pada titik tertentu Pak Jokowi pasti akan berkoordinasi dengan Bu Mega dan ada titik frekuensi yang sama, beliau akan berkolaborasi. Karena beliau tahu persis kalau kesinambungan pembangunan nasional itu tidak berlanjut oleh kepemimpinan nasional hasil Pilpres 2024 yang akan datang, fatal sekali kan risikonya," ujar Basarah.

Kendati demikian, ia juga mengutip pernyataan Jokowi usai meresmikan Masjid At-Taufiq di depan Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta. Saat itu Jokowi mengatakan, hal yang lumrah jika dalam sebuah keluarga ada perbedaan pandangan.

"Pak Jokowi pada saat itu mengatakan begini, 'Ibu Mega bagi saya sudah seperti ibu sendiri, hubungan kami seperti anak dan ibu. Saya sangat menghormati beliau apalagi kepemimpinannya yang sangat tegas'," ujar Basarah.

"Saya 15 tahun membantu Bu Mega di DPP partai dan hubungannya dengan Pak Jokowi selama dua periode ini, itu tidak pada hal-hal yang sifatnya prinsip, soal ideologi Pancasila misalnya, kapan hari lahirnya Pancasila, Pak Jokowi Bu Mega sepakat," sambung Wakil Ketua MPR itu.

Pertemuan terakhir antara Megawati dan Jokowi terjadi di Istana Negara, Jakarta, pada Sabtu (18/3/2023). Pertemuan yang berlangsung selama tiga jam itu disebut membahas berbagai persoalan bangsa dan membangun kesepahaman terhadap masa depan.

"Serta berbagai agenda strategis terkait kebijakan luar negeri menghadapi berbagai tantangan geopolitik, mendorong penguasaan ilmu pengetahuan, riset dan inovasi, termasuk mewujudkan kedaulatan pangan, sebagai jalan Indonesia berdikari," ujar Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (18/3/2023).

Ungkapnya, pada dua jam pertama, pertemuan dilakukan secara khusus di tempat yang penuh dengan memori Megawati bersama Presiden pertama Soekarno. Bahkan, Megawati menceritakan beberapa hal yang tak pernah disampaikan ke publik.

"Dalam pertemuan tersebut tentu saja dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024," ujar Hasto.

 

photo
Elektabilitas Ganjar Pranowo anjlok. - (infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement