Rabu 01 Mar 2023 16:57 WIB

Viktor Laiskodat Persilakan Siswa tak Kuat Sekolah Mulai Pukul 5 Pagi Pulang Saja

Viktor menegaskan tidak akan membatalkan kebijakan sekolah mulai pukul 5 pagi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat. Viktor baru-baru ini memberlakukan kebijakan sekolah dimulai pukul 5 pagi yang menuai pro-kontra. (ilustrasi)
Foto:

Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Viktor telah menuai respons negatif dari berbagai kalangan, termasuk Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang menilai kebijakan itu mengancam tumbuh kembang anak. "FSGI mengkritik kebijakan masuk sekolah jam 05.00 WITA di NTT dan mendorong pemerintah provinsi NTT mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut karena sangat membahayakan tumbuh kembang anak, sebaiknya dibatalkan karena tidak berpihak pada kepentingan terbaik bagi anak," kata Sekjen FSGI, Heru Purnomo, Selasa (28/2/2023).

FSGI juga mengumpulkan pendapat sejumlah guru dan orang tua terkait kebijakan masuk sekolah tersebut. Dari sana didapatkan, banyak orang tua yang tidak setuju dengan kebijakan itu.

Responsnya beragam, mulai dari faktor keamanan anak saat menuju sekolah, transportasi yang sulit pada pagi hari, dan kesiapan orang tua di rumah seperti menyediakan sarapan, dan berbagai pertimbangan kesehatan anak.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) juga menilai kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi yang diberlakukan Pemprov NTT ibarat menggaruk bagian yang tidak gatal. Sebab, P2G menilai kebijakan tersebut tidak berkorelasi dengan capaian kualitas pendidikan di NTT.

"Masalah pendidikan di NTT ini sangat banyak," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, kepada Republika, Selasa (28/2/2023).

Baca juga : SMA di NTT Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Berikut Perbandingan Jam Sekolah dengan Negara Lain

Masalah-masalah itu, di antaranya NTT menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi, IPM NTT peringkat ke-32 dari 34 provinsi, masih banyak kelas di sekolah dalam kondisi rusak, lebih dari 50 persen SD, SMP, dan SMK belum dan berakreditasi C. Belum lagi ribuan guru honorer di NTT diberi upah jauh di bawah UMK/UMP, yakni berkisar antara Rp 200-750 ribu per bulan.

Satriwan menilai, semua kondisi tersebut menunjukkan tidak ada korelasi antara masuk sekolah pukul 5 pagi dengan upaya peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), menurunkan stunting, memperbaiki bangunan ruang kelas atau sekolah, memperbaiki akreditasi atau kualitas sekolah, dan meningkatkan kesejahteraan guru honorer.

 

photo
Menyiapkan bekal makan untuk anak sekolah. - (Republika.co.id)

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement