Selasa 28 Feb 2023 12:10 WIB

Menlu Retno: Situasi HAM dan Kemanusiaan di Palestina Kian Memburuk

Situasi terkait hak asasi manusia dan kemanusiaan di Palestina kian memburuk.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong(tidak ada foto) dalam pertemuan bilateral di Parliament House di Canberra, Australia, Rabu (8/2/2023).
Foto: EPA-EFE/LUKAS COCH
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong(tidak ada foto) dalam pertemuan bilateral di Parliament House di Canberra, Australia, Rabu (8/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, situasi terkait hak asasi manusia dan kemanusiaan di Palestina kian memburuk. Pernyataannya menyinggung tentang peristiwa pembakaran puluhan rumah dan mobil milik warga Palestina oleh pemukim Israel di Huwara.

“Kita tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan saudara kita di Palestina. Insiden di Huwara menunjukkan situasi HAM dan kemanusiaan di Palestina kian memburuk,” kata Retno saat berpidato dalam Sidang Dewan HAM PBB ke-52 di Jenewa, Swiss, Senin (27/2/2023), seperti diterangkan dalam rilis yang diterbitkan Kementerian Luar Negeri.

Di sela-sela sidang tersebut, Retno juga sempat bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) Palestina Riyad Al-Maliki. “Selama pertemuan dengan Menlu Palestina Al-Maliki, saya mengutuk kejadian baru-baru ini di mana puluhan rumah dan mobil warga Palestina dihancurkan oleh pemukim Israel di Huwara. Menlu Al-Maliki sangat mengapresiasi dukungan konsisten Indonesia untuk rakyat Palestina,” tulis Retno di akun Twitter resminya.

Al-Maliki turut menyinggung tentang insiden Huwara dalam pidatonya di Sidang Dewan HAM PBB ke-52. “Anda telah melihat foto-foto mengerikan dari serangan oleh para pemukim Israel terhadap komunitas Palestina yang tak berdaya di Huwara, Burin, dan lainnya tadi malam,” ucapnya, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Dia mengatakan, serangan pemukim teroris semacam itu dilakukan di bawah perlindungan pasukan Israel. “Ini bukan kampanye teror pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir dan bahwa warga Palestina membutuhkan perlindungan tetapi menolak untuk menawarkannya,” ujar Al-Maliki.

Al-Maliki menilai, Israel diberi status perlakuan luar biasa yang memungkinkannya terus melakukan kejahatan dengan impunitas lengkap. “Sementara itu rakyat Palestina diminta menahan diri, memiliki kesabaran yang tak terbayangkan oleh manusia, dan yang paling parah, diharapkan menahan diri untuk tidak mencari jalan keluar,” ucapnya.

Ia menyebut, selama setahun terakhir, Israel membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dibandingkan dalam kurun 16 tahun. Sejak tahun ini dimulai, pasukan pendudukan Israel telah membunuh dan melukai ratusan warga Palestina, menghancurkan puluhan rumah, mengepung kota-kota dan kamp-kamp pengungsi; menghukum lusinan keluarga tak berdosa dan merampas hak-hak dasar tahanan Palestina termasuk akses yang layak ke air dan makanan,” kata Al-Maliki.

Selain itu, Israel pun terus memperluas pemukiman kolonial ilegal di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem. Israel mengadopsi kebijakan dan praktik yang semakin memperkuat kolonisasi dan apartheid. “Dengan kata lain, Israel tidak melakukan upaya apapun untuk melakukan kejahatan tanpa hukuman,” ujar Al-Maliki.

Pada Ahad (26/2/2023) malam lalu, puluhan pemukim Israel membakar puluhan rumah dan mobil milik warga Palestina di Huwara. Aksi anarkistis itu terjadi setelah seorang warga Palestina membunuh dua pemukim Yahudi. Hal tersebut kian memanaskan situasi di Tepi Barat.

Menurut petugas medis Palestina, satu orang tewas dan empat lainnya terluka parah dalam bentrokan. Media Palestina mengungkapkan, sekitar 30 rumah dan mobil dibakar. Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat asap pekat membubung dari Huwara akibat aksi pembakaran oleh pemukim Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement