REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Memasuki awal tahun 2023, elektabilitas Ganjar Pranowo makin kokoh pada posisi puncak dalam bursa calon presiden. Ini berdasarkan temuan survei NEW INDONESIA Research & Consulting yang menunjukkan elektabilitas Ganjar mencapai 24,2 persen.
Prabowo Subianto berada pada peringkat kedua dengan elektabilitas sebesar 20,1 persen. Posisi Prabowo kian didekati oleh Anies Baswedan yang juga terus mengalami kenaikan dalam setengah tahun terakhir, dan kini elektabilitasnya 18,3 persen.
“Ganjar makin unggul di posisi tiga besar dalam bursa capres, sedangkan Prabowo dan Anies bersaing ketat,” ungkap Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, pada Selasa (17/1/2023).
Menurut Andreas, tren kenaikan elektabilitas Ganjar dalam paruh akhir 2022 makin membuka peluang untuk dapat memenangkan tiket pencapresan. “Jika tren Ganjar terus membaik, tidak menutup kemungkinan dapat menembus angka psikologis 30 persen,” tandas Andreas.
Pada momentum HUT PDIP ke-50 baru-baru lalu, banyak pihak berharap nama Ganjar akan disebut sebagai capres yang akan didukung oleh partai pemenang dua kali Pileg terdebut. Tetapi tampaknya ketua umum Megawati memilih untuk menyimpan kejutan itu di lain waktu.
“PDIP menjadi faktor signifikan dalam peta pencapresan, mengingat hanya PDIP satu-satunya partai yang berhak mengajukan pasangan capres-cawapres tanpa perlu menggalang koalisi,” Andreas menjelaskan.
Partai-partai yang lain masih belum menentukan siapa capres ataupun cawapres yang bakal diusung. Bahkan Nasdem yang telah resmi mengusung Anies pun masih belum bersepakat dengan PKS dan Demokrat dalam menentukan pasangan cawapresnya.
“Partai-partai menunggu siapa capres yang akan didukung oleh PDIP, dan akan menentukan bagaimana peta koalisi yang bakal terbentuk,” lanjut Andreas. Jika sesuai jadwal, KPU baru akan membuka pendaftaran capres-cawapres pada bulan Oktober mendatang.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas paling awal oleh Golkar, PAN, dan PPP masih mengulur waktu soal penyebutan nama capres. Gerindra kemungkinan akan mengusung lagi Prabowo, tetapi PKB sebagai mitra koalisi juga mengusulkan nama Muhaimin Iskandar.
Jauh di bawah posisi tiga besar terdapat nama-nama seperti Agus Harimurti Yudhoyono (5,0 persen), Ridwan Kamil (4,8 persen), dan Sandiaga Uno (4,2 persen). “Ketiganya diprediksi akan berebut tiket cawapres di antara koalisi yang mungkin terbentuk,” jelas Andreas.
Sejauh ini baru AHY yang disebut-sebut bakal mendampingi Anies, tetapi Koalisi Perubahan yang digadang-gadang tidak kunjung terbentuk. RK berencana masuk Golkar agar bisa mendapatkan tiket, sedangkan Sandi ditengarai ingin pindah partai dari Gerindra ke PPP.
Berikutnya ada Puan Maharani (3,6 persen), Erick Thohir (2,8 persen), dan Khofifah Indar Parawansa (2,5 persen). “Puan tengah merangsek ke papan tengah, tapi masih jauh di bawah Ganjar dan nama-nama yang lain,” tegas Andreas.
Sejumlah nama lain juga tengah bersinar, di antaranya mantan Panglima TNI Andika Perkasa (1,7 persen) dan Yenny Wahid (1,0 persen). “Airlangga Hartarto masih stagnan (1,2 persen), demikian pula dengan Mahfud MD (1,1 persen),” Andreas melanjutkan.
“Makin mengerucutnya tiga besar membuat peta Pilpres makin menyempit, sehingga nama-nama lain makin sulit muncul,” pungkas Andreas. Elektabilitas nama-nama lainnya di bawah 1 persen, sedangkan sisanya yang menjawab tidak tahu/tidak jawab 9,1 persen.
Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada 5-10 Januari 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.