Selasa 10 Jan 2023 19:31 WIB

Wacana Jalan Berbayar DKI, Pakar: Supaya Masyarakat Mau Beralih

Soal wacana jalan berbayar di DKI Jakarta dinilai agar masyarakat mau beralih.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah kendaraan bermotor melintas di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (9/1/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) di sejumlah ruas jalan Ibu Kota dengan usulan besaran tarif sekitar Rp5.000 hingga Rp19.000 sekali melintas yang bertujuan untuk mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sejumlah kendaraan bermotor melintas di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (9/1/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menerapkan kebijakan jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) di sejumlah ruas jalan Ibu Kota dengan usulan besaran tarif sekitar Rp5.000 hingga Rp19.000 sekali melintas yang bertujuan untuk mengendalikan mobilitas warga DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, rencana jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) di DKI Jakarta merupakan rencana baik. Hal itu, bisa memaksa masyarakat beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum.

“Bagus, supaya masyarakat biar mau beralih. Sebelumnya emang ada cara seperti ganjil-genap, tapi itu tidak maksimal,” kata Djoko ketika dikonfirmasi, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

Dia mengatakan, dengan adanya jalan berbayar, ada beberapa keuntungan lain seperti berkurangnya macet. Termasuk, tambahan dana dan peralihan dana untuk petugas lapangan ke subsidi angkutan umum.

“Anggaran bisa dialihkan buat subsidi angkutan umum dan tidak perlu bayar petugas lapangan, tinggal di lapangan saja,” kata dia.

Menyoal pembayaran yang dikecualikan untuk angkutan umum plat kuning dan kendaraan listrik, dia menyangkalnya. Pasalnya aturan demikian, hanya untuk pemantik masyarakat beralih ke kendaraan umum dan transportasi publik.

“Nanti ke depannya juga bisa berbayar seperti di Singapura,” tutur dia.

Namun demikian, dirinya meminta pengawasan dari pemerintah. Terlebih, saat kemacetan di wilayah yang akan ditentukan ERP nantinya, berpindah ke jalanan sekitar yang tidak termasuk. “Iya pasti ada. Makanya perlu bertahap,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement