Jumat 06 Jan 2023 15:53 WIB

Hoaks Membuat Kelompok Rentan Takut untuk Divaksinasi Covid-19

Tingkat serapan vaksin booster di Indonesia tercatat masih cukup rendah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Petugas memeriksa kesehatan lansia calon penerima vaksin, (ilustrasi).  Program Officer Komunikasi Vaksin Covid-19 dari  Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Nuril Hidayah, mengatakan hingga kini masih banyak kelompok rentan yang lebih mempercayai berita bohong sehingga tidak mau mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis penuh hingga booster.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Petugas memeriksa kesehatan lansia calon penerima vaksin, (ilustrasi). Program Officer Komunikasi Vaksin Covid-19 dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Nuril Hidayah, mengatakan hingga kini masih banyak kelompok rentan yang lebih mempercayai berita bohong sehingga tidak mau mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis penuh hingga booster.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Officer Komunikasi Vaksin Covid-19 dari  Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Nuril Hidayah, mengatakan hingga kini masih banyak kelompok rentan yang lebih mempercayai berita bohong sehingga tidak mau mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis penuh hingga booster. Diketahui, tingkat serapan vaksin booster di Indonesia tercatat masih cukup rendah.

Menurut Kementerian Kesehatan, cakupan nasional vaksin Covid-19 dosis ketiga di bulan Desember 2022 baru mencapai 29,11 persen dari yang ditargetkan. Capaian vaksinasi lansia sebagai kelompok rentan memiliki capaian yang rendah dimana hanya 1 dari 3 lansia yang sudah mendapatkan vaksin booster.

Baca Juga

“Dalam pantauan kami, di tahun 2022 jumlah hoaks Covid-19 memang cenderung berkurang sebesar 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun hal ini tidak menjamin penurunan dampaknya”, ungkap Nuril Hidayah dalam keterangan, Jumat (6/1/2023).

Data MAFINDO mencatat hingga bulan Agustus 2022 ditemukan 153 hoaks yang mayoritas sebesar 36,7 persen mengangkat tentang sentimen vaksin. Sedangkan dua isu terbanyak lainnya adalah seputar kebijakan pemerintah dan teori konspirasi sebesar masing-masing 18 persen.

”Dalam analisis kami, hoaks sangat berdampak pada kepercayaan publik terhadap vaksin. Hal ini terbukti dalam survei yang kami lakukan pada Juni 2021, kami menemukan bahwa kemampuan mengenali dan memilah hoaks mendorong tiga kali lipat kemungkinan seseorang untuk mau divaksin,” jelas Nuril.

Studi yang dilakukan Center of Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI)  terhadap kelompok rentan mengungkap beberapa hambatan yang menjadikan alasan kelompok rentan, termasuk lansia, tidak mendapatkan vaksin. Salah satunya adalah hambatan sosial dan perilaku.

“Hambatan ini termasuk ketidakpercayaan terhadap Covid-19, vaksin dan tenaga kesehatan secara umum yang disebabkan informasi yang kurang tepat,” jelas dr Agatha Tyas, MPH Program Manager Primary Healthcare CISDI.

Menjawab tantangan tersebut, Kampanye Pilih Pulih hadir dengan tujuan meningkatkan kepercayaan publik khususnya lansia terhadap Vaksin Covid-19. Aktivitas dalam kampanye dengan slogan "Dua Sehat Booster Sempurna" ini antara lain adalah pelatihan peningkatan kapasitas kader kesehatan, mobil edukasi keliling serta produksi film pendek dan iklan layanan masyarakat.

“Kami bekerja bersama MAFINDO dan CISDI untuk melakukan pelatihan kepada 100 orang kader di area kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, lokasi pilot proyek ini. Selain materi tentang vaksin dan kesehatan lansia, kader juga dilatih memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara mengecek fakta terkait Covid-19 dan vaksin baik secara langsung maupun melalui sosial media,” jelas Michelle Winowatan, Manager Komunikasi Strategis Purpose.  

Hasil rangkaian kegiatan pelatihan hingga penyuluhan oleh para kader di ruang publik maupun door to door di lapangan menghasilkan lebih dari 600 orang masyarakat mendapatkan informasi secara langsung, dan mengutarakan kepercayaan  terhadap vaksin Covid-19. Selain itu, penyebaran informasi melalui media sosial oleh kader juga menjangkau lebih dari 13 ribu orang masyarakat dalam waktu yang singkat.

“Hal ini membuktikan bahwa pemberdayaan kader berperan sangat penting sebagai tawaran solusi yang berdampak dalam melakukan komunikasi dengan warga sasaran,” tambah dr Agatha.

Produksi film pendek berjudul "KATANYA!?" yang dibintangi oleh Iyang Dharmawan dan Ceu Popon, dua tokoh komedian dari Jawa Barat, juga dilakukan di beberapa desa di wilayah Gunung Putri dengan melibatkan warga lokal. Film ini berkisah tentang Ibu Iroh yang melakukan investigasi hoaks tentang vaksin booster di desanya guna meyakinkan sang suami Pak YANA untuk mau mendapatkan vaksin dosis ketiga.

Luhki Herwanayogi dari Catchlight Pictures yang menyutradarai film ini mengungkap, mengambil ide cerita film dari insights yang kami temukan di masyarakat. Penggunaan bahasa sunda yang kental dan alur cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari diharapkan dapat menarik perhatian penonton untuk menangkap pesan tentang pentingnya vaksin dan menangkal hoaks.

Peluncuran film pendek "KATANYA!?" dilakukan melalui acara bioskop keliling di tiga desa di wilayah Gunung Putri yaitu Cicadas, Wanaherang dan Cikeas Udik. Dalam acara yang mengundang lebih dari 150 orang warga lansia, perangkat desa dan kader kesehatan ini dilakukan juga sosialisasi tentang kesehatan lansia dan pentingnya vaksin booster Covid-19 dari kader puskesmas setempat.

"Film ‘KATANYA!?’ dan berbagai materi kampanye Pilih Pulih seperti iklan layanan masyarakat dan tautan penting lainnya dapat diakses secara gratis melalui bit.ly/PilihPulih," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement