Rabu 04 Jan 2023 05:20 WIB

Kala Normalisasi Hubungan dengan Negara Arab Gagal Jadi Daya Tarik Pariwisata Israel

Sebaliknya, lebih dari setengah juta warga Israel telah kunjungi Abu Dhabi dan Dubai.

Salah satu sudut Kota Tel Aviv, Israel. Israel berencana membuka kembali pintunya bagi wisatawan asing termasuk dari negara-negara Arab pascanormalisasi hubungan diplomatik. (ilustrasi)
Foto: EPA/ABIR SULTAN
Salah satu sudut Kota Tel Aviv, Israel. Israel berencana membuka kembali pintunya bagi wisatawan asing termasuk dari negara-negara Arab pascanormalisasi hubungan diplomatik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, AP

Israel berharap normalisasi hubungan dengan empat negara Arab yang dicapai pada 2020 dapat mendongkrak sektor pariwisata. Namun dua tahun sejak kesepakatan itu ditandatangani, hanya sedikit turis dari Teluk Arab yang datang ke Israel. 

Baca Juga

Sebaliknya, lebih dari setengah juta warga Israel telah berbondong-bondong mengunjungi Abu Dhabi dan Dubai. Sementara, hanya 1.600 warga Uni Emirat Arab (UEA) yang mengunjungi Israel. Kementerian Pariwisata Israel  tidak mengetahui berapa banyak warga Bahrain yang telah mengunjungi Israel karena jumlahnya terlalu kecil.

“Ini situasi yang sangat aneh dan sensitif. Orang-orang Emirat merasa telah melakukan kesalahan dengan datang ke sini (Israel)," ujar ketua forum pemandu wisata berbahasa Arab di Israel, Morsi Hija.

 

Kurangnya wisatawan UEA dan Bahrain mencerminkan masalah citra lama Israel di dunia Arab dan mengungkapkan batas-batas Abraham Accords. Padahal, normalisasi telah meningkatkan perdagangan bilateral antara Israel dan UEA dari 11,2 juta dolar AS pada 2019 menjadi 1,2 miliar dolar pada tahun lalu.

Di sisi lain, menurut sebuah survei oleh lembaga think tank, Washington Institute for Near East Policy, popularitas kesepakatan normalisasi di UEA dan Bahrain anjlok. Di UEA, dukungan turun menjadi 25 persen dari 47 persen dalam dua tahun terakhir. Sementara di Bahrain, hanya 20 persen dari populasi yang mendukung kesepakatan itu, turun dari 45 persen pada 2020. 

Pejabat Israel mengatakan, upaya untuk mendorong pariwisata dari Teluk Arab ke Israel telah luput dari kesepakatan normalisasi yang cenderung fokus pada hubungan keamanan dan diplomatik. Kunjungan turis dari Mesir dan Yordania, dua negara pertama yang membuka hubungan dengan Israel, juga hampir tidak ada.

“Kita perlu mendorong (Emirat) untuk datang pertama kali. Ini misi penting. Kita perlu mempromosikan pariwisata sehingga orang akan saling mengenal dan memahami satu sama lain," ujar Duta Besar Israel untuk UEA, Amir Hayek, kepada Associated Press.

Pada Desember lalu, pejabat pariwisata Israel terbang ke UEA untuk mempromosikan Israel sebagai tujuan yang aman dan menarik.  Kementerian Pariwisata menempatkan Tel Aviv sebagai pusat komersial dan hiburan Israel untuk mendatangkan daya tarik besar bagi warga Emirat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement