Sabtu 17 Dec 2022 22:50 WIB

Apakah Mutasi Covid-19 akan Semakin Melemah? Ini Kata AGI

AGI menyebut belum ada kemampuan untuk ketahui mutasi baru Covid-19

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Asosiasi Genomik Indonesia (AGI) enggan berbicara banyak mengenai mutasi Covid-19 di Tanah Air yang semakin melemah. Saat ini masih jauh kemampuan untuk memperkirakan kemampuan varian baru Covid-19 yang semakin meningkat atau melemah.

"Kalau ditanya tren varian baru ini makin melemah, ini masih jauh dari kemampuan untuk memprediksi kemampuan mutasi meningkat atau melemah," kata Ketua Umum AGI Ivan R. Sini kepada Republika, Sabtu (17/12/2022).

Kendati demikian, AGI memperkirakan dua aspek terkait semua kejadian Covid-19 di seluruh dunia ini. Pertama insidensi masih tetap terjadi. Di sisi lain, dengan adanya vaksinasi Covid-19, angka kematian jadi lebih rendah.  

"Yang perlu dipertimbangkan adalah apakah nanti AGI bisa berpartisipasi dalam menentukan tipe vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) untuk spesifik tipe mutasi yang ada. Itu sesuatu yang coba kami akomodasi di AGI," katanya.

Lebih lanjut, AGI memperkirakan mutasi Covid-19 akan terus terjadi di Indonesia. Alasannya karena Covid-19 merupakan virus asam ribonukleat (RNA) dan terjadi perubahan lingkungan.

"AGI memprediksi mutasi Covid-19 ini akan terus terjadi karena ini adalah virus RNA," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan ada perubahan lingkungan yang berbeda, artinya ada perubahan daya tahan tubuh orang-orang. Tak hanya di Indonesia, ia menyontohkan di tempat pertama ditemukannya Covid-19 yaitu Cina juga terus terjadi mutasi, termasuk varian BF.7. Ia menambahkan, kondisi Covid-19 terus berubah dan tidak bisa diantisipasi apakah ini nantinya juga terjadi di Indonesia. 

"Barangkali mutasi ini sudah terjadi di Indonesia tetapi kita tak tahu," katanya 

Kendati demikian, ia menegaskan AGI bukan dalam posisi melihat kondisi ini. AGI merangkul para praktisi  yang tertarik di bidang ini. Pihaknya juga merekomendasikan Indonesia harus punya database yang cukup kuat dan infrastruktur yang cukup cepat untuk mengantisipasi kondisi Covid-19 yang berubah begitu cepat. Kemudian, adanya tempat yang mendukung upaya ini harus bisa digunakan untuk mengidentifikasi tipe perubahan genome yang mudah terjadi seperti Covid-19. 

"Kecepatan kita untuk mengidentifikasi tergantung dari mana data whole genomic Indonesia. Kita tak tahu sejauh mana dan seberapa cepat mutasi terjadi," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi tempat fasilitas kesehatan yaitu rumah sakit (RS) Persahabatan dan rumah sakit pusat infeksi (RSPI) Sulianti Saroso yang ditunjuk untuk mengevaluasi penyakit infeksi dan paru. Lebih lanjut AGI juga berharap para peneliti yang ada bisa menggunakan data orang-orang yang pernah terkena Covid-19 di Tanah Air.

"Artinya bisa melihat pola orang-orang yang terinfeksi virus ini, baik varian alfa, delta, omega, sampai omicron. Pola ini harus ada," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement