REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Bambang Wuryanto menjelaskan keterlibatan Utut Adianto dalam kasus dugaan suap Rektor Universitas Lampung nonaktif Karomani. Bambang menjelaskan, Utut membantu anak dari keluarga tidak mampu.
Bambang menjelaskan, Utut memberikan bantuan dengan memberikan catatan tetap mengikuti prosedur dan berkirim surat agar rektor Unila memberikan atensi. Namun, ia mengatakan, tidak ada pemberian uang dalam bantuan itu.
"Menolong kayak gitu dipanggil, dikira terima uang, di sana ditanya ada uang, tidak ada, orang tidak berpunya," kata legislator yang akrab disapa Bambang Pacul tersebut, Rabu (7/12/2022).
Bambang menegaskan, orang yang dibantu Utut merupakan anak dari keluarga tidak mampu dan dibantu bukan karena suap. "Orang tidak berpunya, anak staf, masuk kedokteran, biaya nanti mahal, berjuang, masa kita patahin, jangan diputar-putar seolah penjahat," ujar Bambang.
Bambang justru mempertanyakan, alasan orang-orang yang menolong diduga menerima suap dan gratifikasi. Ia mengaku, kader-kader PDIP yang sering membantu orang-orang tidak mampu menjadi takut lantaran kasus tersebut.
Selama ini, ia mengatakan, kader PDIP berupaya membantu orang tidak mampu. Bantuan itu dengan catatan agar orang yang meminta bantuan tetap mengikuti prosedur tes sesuai kemampuan.
Jika orang yang meminta bantuan memenuhi syarat, kader PDIP akan meminta atensi pihak berwenang. "Dikau kalau punya anak nangis-nangis minta dibantu masuk tes bintara, saya pasti mengatakan, ikuti prosedur tes, sesuai kemampuan, saya akan mengatakan tolong ini diatensi, jika memenuhi syarat-syarat luluskan," ujar Bambang.
Bambang mengatakan, tidak mungkin kader menjawab permintaan itu dengan mengaku tidak bisa membantu. Apalagi, ia menekankan, orang yang menolong bukan berasal dari kelompok koruptor atau tukang pungut, serta tidak memiliki rekam jejak terseret kasus korupsi.
Bambang mengingatkan pesan Bung Karno untuk mengangkat derajat kaum miskin, dan bukan melemahkannya. "Kalau kita ambil orang miskin uangnya, itu berarti melemahkan tenaga kaum miskin, orang-orang tidak berpunya diambil, itu gila aja," kata Bambang.