REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan menanggapi pertemuan antara Presiden ke-6 yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-5 yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, pertemuan tersebut menjadi tanda tak adanya permasalahan antara keduanya.
"Saya pikir hubungan (SBY-Megawati) baik-baik saja, tidak ada sesuatu yang perlu dipertanyakan, saya pikir baik-baik saja. Pak SBY juga sangat terbuka dan mengutamakan komunikasi yang baik," ujar Syarief di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, masalah antara SBY dan Megawati pada masa lalu tak perlu diungkit-ungkit kembali. Tujuannya agar masa depan Indonesia ke depan tak perlu diramaikan hal-hal yang tak produktif lagi.
"Saya pikir yang dulu yang lewat yaudah lah lewat. Kalau memang ada (masalah), tidak perlu diangkat lagi, yang penting ke depannya bagus-bagus," ujar Syarief.
SBY dan Megawati juga saling mengobrol hal-hal yang ringan. "Yang pasti komitmen kita semua menginginkan itu semua partai politik nasional menginginkan bahwa Pemilu 2024 kita dukung damai," ujar Wakil Ketua MPR itu.
Megawati dan SBY duduk satu meja dalam sebuah rangkaian acara pertemuan G20 di Bali, Selasa (15/11/2022). Momen tersebut menjadi perbincangan hangat, mengingat kedua tokoh politik dan petinggi partai tersebut kerap berseberangan.
Di meja tersebut, ada juga Ketua DPR Puan Maharani dan Wakil Presiden ke-6 Republik Indonesia Try Sutrisno. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla dan istri tampak duduk di sebelah SBY.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai dalam politik semua bisa saja terjadi, termasuk koalisi PDIP-Demokrat. Namun, ia mengaku itu cukup sulit terwujud.
Hal itu karena faktor karakter pemilih yang berseberangan. Jika dipaksakan bukan tidak mungkin baik PDIP maupun Demokrat bisa kehilangan suara. “Untuk itu, duduk satu meja antara Megawati dan SBY sangat mungkin hanya momentum yang tidak dapat dihindari. Jikapun ada agenda di dalamnya kemungkinan besar tidak mengarah pada agenda koalisi,” ujar Dedi saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (15/11/2022).