Rabu 09 Nov 2022 09:34 WIB

Saksi Ungkap Sambo Kenakan Sarung Tangan Hitam, Namun Dibantah Terdakwa

Sambo mengaku pistol yang sempat terjatuh bukan jenis HS, melainkan Wilson Combat.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Agus raharjo
Terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, Ferdy Sambo saat menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (8/11/2022). Jaksa penuntut umum (JPU) kembali menghadirkan asisten rumah tangga Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi,  Susi bersama 9 orang lainnya untuk dimintai keterangan saksi dalam sidang perkara dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Republika/Thoudy Badai
Foto:

Ketika Romer sampai di dalam garasi, dan berusaha semakin masuk ke dalam, ia tiba-tiba ‘disergap’ oleh Ferdy Sambo yang sudah mau kembali ke luar. “Saya bertemu Bapak di dekat pintu dapur,” ujar Romer. Saat itu, kata Romer, ia sempat reflek mengangkat senjata pegangannya ke arah Ferdy Sambo. Tetapi setelah melihat di hadapannya adalah komandannya, pelatuk picu tak tertarik dari jari-jarinya. “Lalu Bapak bilang, itu Ibu, Ibu di dalam,” kata Romer menirukan ucapan Ferdy Sambo.

Romer lalu masuk ke dalam rumah tersebut. Di dalam, kata Romer sudah ada Ricky Rizal (RR), Kuat Maruf (KM), dan Richard Eliezer (RE). “Saya sempat tanya Richard, ada apa Cad?,” tanya Romer kepada Richard. Lalu Richard spontan menjawab. “Saya refleks bang,” kata Ricahrd dalam cerita Romer.

Lepas itu, kata Romer, Ferdy Sambo yang semula ia temui akan keluar dari rumah tersebut, kembali masuk kembali. Dalam pengakuannya, Romer mengatakan, saat Ferdy Sambo menyikutnya menyampaikan para ajudan yang tak menjaga Putri Candrawathi.

“Kalian nggak bisa jaga Ibu,” kata Romer menirukan Ferdy Sambo. Romer tak paham ucapan Ferdy Sambo itu. Tetapi, Romer mengaku di dalam ruangan itu, ia sudah melihat jenazah Brigadir J. “Saya lihat jenazah sudah tertelungkup di dekat tangga di ruang tengah lantai satu,” kata Romer.

Kata Romer melanjutkan, saat itu di dalam ruangan sudah tampak gelap karena sore. Lampu, tak ada yang menyala. Sumber cahaya, cuma dari matahari sore yang masuk ke dalam ruangan. Itu sebabnya, kata Romer, ia tak melihat detail jenazah yang sudah tertelungkup itu.

Pun kata Romer, saat itu, ia juga tak memperhatikan keberadaan pistol pegangan Richard, maupun HS yang semula ada dibawa Ferdy Sambo. Kata Romer, pada saat dirinya sudah berada di dalam tempat jenazah tertelungkup itu, ia melihat Ferdy Sambo sudah tak lagi mengenakan sarung tangan hitam pelindung yang sebelumnya dikenakan.

“Saya tidak tahu apakah sudah lepas. Di dalam sudah tidak menggunakan sarung tangan,” terang Romer.

Dalam pengakuannya, Romer juga tak melihat wujud adanya Putri Candrawathi di dalam ruangan tersebut. Tetapi Romer mengaku mendengar suara Putri Candrawathi yang menangis. “Saya tidak melihat ibu. Tetapi saya duga di dalam kamar. Karena saya mendengar Ibu menangis,” kata Romer.

Romer menerangkan, suara tangisan Putri Candrawathi dari arah dalam kamar yang berada di lantai satu. Kamar tersebut dekat dari posisi jenazah. “Menurut saya itu ibu menangis seperti biasa. Tetapi saya kedengaran,” ujar Romer. Kata Romer, pintu kamar sumber tangisan Putri Candrawathi, pun tak tertutup. “Pintu kamar itu terbuka lurus dengan tangga. Lurus kaki almarhum. Kalau pintunya terbuka, bisa melihat jenazah,” ujar Romer.

Romer mengaku melihat Ferdy Sambo yang masuk ke kamar tempat Putri Candrawathi menangis. Ferdy Sambo kata Romer, lalu membawa Putri Candrawathi keluar kamar menuju pintu garasi keluar rumah. “Melihat Bapak dan Ibu keluar, saya juga duluan keluar rumah,” ujar Romer.

Sampai di luar, kata Romer, Ferdy Sambo memerintahkan Ricky Rizal, mengantarkan Putri Candrawathi ke rumah Saguling III 29. Selepas itu, dikatakan Romer, ia melihat Ferdy Sambo tampak menelefon.

Usai itu, Ferdy Sambo kembali mengumpulkan semua orang-orang yang berada di Duren Tiga 46 saat itu. Termasuk Romer, Richard Eliezer, Kodir, Kuat Maruf, juga Prayogi yang semula cuma menunggu di mobil luar rumah. Saat itu, kata Romer, Ferdy Sambo tampak emosional menyampaikan pembelaan kepada Richard.

“Bagaimana kalau ini terjadi kepada anak atau keluarga kalian. Dan Richard kamu akan saya bela, walaupun pangkat dan jabatan saya sebagai taruhannya,” kata Romer menirukan Ferdy Sambo.

Saat mengucapkan itu, kata Romer, Ferdy Sambo sambil merangkul Richard. Romer, pun mendengar respons untuk Ferdy Sambo itu dengan hanya mengatakan, 'siap'. Selepas itu, kata Romer, ia melihat Ferdy Sambo yang hanya berdiri di garasi. Tak lama setelah itu, Romer melihat Kasat Reskrim Polres Jaksel Ridwan Rhekynellson Soplanit datang.

Lalu disusul kedatangan para anggota Provos Mabes Polri. “Setelah itu saya diperintah Bapak kembali ke Saguling,” ujar Romer. Dengan motor Romer kembali ke Saguling III 29. Sementara Prayogi masih menunggu di mobil di Duren Tiga 46.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement