Selasa 08 Nov 2022 17:43 WIB

Menkes Sebut Puncak Kenaikan Kasus Covid-19 Paling Lambat Januari 2023

Puncak kasus diperkirakan mendekati situasi subvarian BA.4 dan BA.5.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/11/2022). Rabat tersebut membahas strategi penguatan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting termasuk penjelasan mengenai Alokasi Anggaran Penanganan Stunting Tahun 2022 dan Evaluasi Pelaksanaan Penanganan Stunting.Prayogi/Republika
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/11/2022). Rabat tersebut membahas strategi penguatan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting termasuk penjelasan mengenai Alokasi Anggaran Penanganan Stunting Tahun 2022 dan Evaluasi Pelaksanaan Penanganan Stunting.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, tren kenaikan kasus Covid-19 puncaknya paling lambat awal Januari 2023. Hal ini akibat pengaruh sejumlah subvarian terbaru omicron di Indonesia.

"Dugaan kami, karena ini mulai terjadi (peningkatan), mungkin paling lambat dalam 1,5 bulan puncaknya kita capai. Saya rasa di Desember 2022 atau paling lambat Januari 2023 puncaknya bisa kita lihat," kata dia dalam Rapat Kerja Kemenkes bersama Komisi IX DPR yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, subvarian terbaru omicron penyebab kenaikan gelombang Covid-19 di dunia saat ini adalah BA.2.75. Yang terbanyak terjadi di India, XBB paling banyak di Singapura, dan BQ.1 yang dominan di Eropa dan Amerika Serikat.

"Contohnya, subvarian XBB sempat membawa kasus per hari sampai 8.500 di Singapura. Sebagai perbandingan di Indonesia sekarang, sekitar 5.000-an kasus," katanya.

Subvarian XBB yang diamati di Singapura, kata Budi, memiliki ciri peningkatan kasus yang cepat. Tapi tren penurunan angka kasusnya cepat bila dibandingkan subvarian omicron lainnya.

"Sekarang Singapura sudah turun kembali kasusnya di bawah 4.000-an dan puncaknya lebih rendah dari BA.4 dan BA.5," katanya.

Ciri selanjutnya dari XBB, kata dia, puncak kasus diperkirakan mendekati situasi subvarian BA.4 dan BA.5, tetapi di bawah situasi puncak BA.1 atau BA.2. Dominasi kasus subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 terjadi di Indonesia pada Januari dan Februari 2022, sedangkan BA.4 dan BA.5 terjadi pada Juli dan Agustus 2022.

"Jadi memang siklusnya terjadi setiap enam bulanan sekali. XBB ini mirip dengan BA.4 dan BA.5 tapi di bawah BA.1 dan BA.2," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement