Selasa 01 Nov 2022 21:52 WIB

Kontestan Pemilu Agar Wujudkan Kampanye Berintegritas Lewat Pemanfaatan Teknologi

Ada perbedaan mendasar antara komunikasi politik digital dan non digital.

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Founder Fenometer Teguh Handoko (tengah) dalam peluncuran Fenometer di Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022)
Foto: istimewa
Founder Fenometer Teguh Handoko (tengah) dalam peluncuran Fenometer di Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Komunikasi Publik, Sony Subrata, mengingatkan para kontestan pemilu agar menjalankan kampanye berkualitas dan menyehatkan demokrasi. Dia menilai, pemanfaatan teknologi informasi sudah harus dilakukan dalam proses kampanye dan mengurangi kampanye mobilisasi massa.

"Lewat pemanfaatan teknologi informasi akan melahirkan kampanye berintegritas yang menolak penggunaan politik SARA dan politik identitas, melainkan lebih mengedepankan politik ide dan gagasan," tutur Sony dalam peluncuran Fenometer, pemantau cerdas digital, di Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022).

Baca Juga

Dia juga menyampaikan, ada perbedaan mendasar antara komunikasi politik digital dan non digital. Pertama, adanya desentralisasi pesan. Hal itu mengurangi sentralisasi elite dan membuat publik lebih aktif. Kedua, adanya komunikasi dua arah yang membuat emampuan interaktif dengan elite politik mudah dilakukan.

"Ketiga, kecepatan informasi. Semua hal ini merujuk pada perubahan perilaku pelaku politik. Terutama kemampuan membaca berbagai fenomena sosial dan politik di dunia digital," jelas dia

Sementara itu, Founder Fenometer, Teguh Handoko, mengatakan, pihaknya siap membantu transformasi komunikasi politik di Indonesia. Sebagai platform baru, Fenometer hadir untuk membantu pelaku politik agar mampu membaca semua fenomena sosial dan politik dalam mengukur popularitas dan juga memahami suara publik. "Fenometer membantu mengukur elektabilitas kandidat politik dengan lebih cepat, lebih sering dan lebih akurat." ujar Teguh.

Teguh memperkirakan, jumlah pemilih muda akan mendominasi pada gelaran Pemilu 2024. Jumlah mereka diprediksi akan menyentuh angka 60 persen dari keseluruhan pemilih tetap. Ada sebanyak 191,4 juta pengguna aktif sosial media yang didominasi oleh pemilih muda."Menjelang 2024 para timses perlu bekerja keras untuk berkomunikasi dengan pemilih muda yang jumlahnya 60 persen dari semua pemilik suara," tambah Teguh.

Teguh juga mengungkapkan, saat ini Fenometer telah memiliki dedicated team untuk setiap klien dalam upaya memastikan setiap fenomena sosial atau politik dipelajari dengan rinci. Timnya akan mempelajari hal itu dengan rinci untuk menghasilkan kesimpulan yg kaya dengan informasi strategis.

Strategic Partner Fenometer, Indon Novo, menjabarkan, Fenometer mempunyai perangkat canggih yang punya basis pustaka lebih dari 70.000 kata. Jumlah tersebut tidak berhenti di situ saja, melainkan akan terus bertambah sesuai dengan fenomena yang dipantau.

Novo juga menjelaskan, metodologi yang dilakukan oleh Fenometer dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sumber data, analisa, dan periode. Sumber data diambil dari data percakapan yang dihimpun didapatkan melalui kanal Twitter, Instagram, YouTube, Facebook, Online News, dan Blog di Indonesia.

"Untuk saat ini, Fenometer fokus kepada Twitter, Instagram, Facebook, YouTube, TikTok sebagai kanal-kanal media sosial yang paling populer di Indonesia," jelas Novo.

Novo juga menambahkan, analisa dilakukan melalui keyword atau kata kunci yang telah diriset sebelumnya dan yang memiliki keterkaitan dengan isu/project yang akan dievaluasi laporannya. "Ketika terjadi satu fenomena nasional, Fenometer memiliki kemampuan untuk memantau jutaan percakapan dan memonitor ratusan media nasional," kata Novo.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement