Rabu 26 Oct 2022 12:10 WIB

Di Balik Tembok Penjara, Bima Sakti Berlatih Mandiri dengan Eco Farming

KPI RU VI Balongan menjadi pembina/fasilitator dalam program integrated eco farming.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Seorang WBP menunjukkan bibit sayuran di area eco farming Lapas Indramayu.
Foto:

photo
Seorang WBP sedang membuat pupuk organik. - (Lilis Sri Handayani/Republika)

 

Kasi Pembinaan Narapidana dan Kegiatan Kerja Lapas Kelas II B Indramayu, Alex Eko Santosa, mengatakan, kegiatan integrated eco farming yang difasilitasi oleh Pertamina RU VI Balongan merupakan salah satu wujud program kemandirian WBP yang dilaksanakan di Lapas Indramayu.

"Dalam eco farming itu, awalnya dari Pertamina yang menawarkan. Kemudian ditindaklajuti dan dilaksanakan sampai sekarang. Semuanya dari Pertamina, mulai dari pelatihan sampai pelaksanaan kegiatan," ujarnya.

Alex mengatakan, kegiatan eco farming bisa menjadi bekal bagi WBP setelah nanti bebas dari Lapas Indramayu. Mereka diharapkan bisa hidup mandiri dan memulai hidup baru dengan menjalankan usaha tersebut.

Sementara itu, aktivitas Bima Sakti di area eco farming sejak pagi hari, sejenak terhenti saat terdengar lantunan suara adzan Dzuhur dari Masjid At Taqwa di dalam lapas. Waktunya bagi mereka untuk solat dan makan siang.

Setelah selesai beristirahat, mereka akan kembali ke rutinitas semula, bercengkrama bersama maggot, lele, dan sayuran, sebagai bekal hidup mandiri saat kelak menghirup udara bebas.

Terpisah, Peneliti Ahli Utama Konservasi Keanekaragaman Hayati (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Profesor Hendra Gunawan, menjelaskan, penerapan eco farming atau pertanian terpadu yang ramah lingkungan memberikan banyak dampak positif bagi lingkungan.

Di antaranya, mengurangi beban limbah atau pencemaran pada lingkungan, meningkatkan kesehatan dan daya dukung lingkungan, serta memperbaiki kualitas lingkungan (seperti kesuburan tanah). Selain itu, meningkatkan produktivitas per satuan lahan serta meningkatkan kualitas produk dan nilai ekonominya.

Tak hanya itu, eco farming juga mewujudkan efisiensi material pada proses produksi, efisiensi  biaya dan efisiensi ruang, juga penghematan sumber daya lahan.

"Untuk memaksimalkan dampak positifnya, maka pelaksanaan eco farming harus terpadu, atau merupakan keterpaduan dari berbagai kombinasi usaha seperti pertanian, peternakan, perikanan, energi, dan lainnya," kata Hendra, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.  

 

Hal itu seperti eco farming yang dilaksanakan kelompok Bima Sakti, yang mengkombinasikan budidaya maggot, perikanan lele, pertanian dan pengolahan sampah organik. Semuanya saling berkaitan dan mendukung satu sama lain, demi lingkungan dan bekal kemandirian para WBP. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement