Rabu 26 Oct 2022 12:10 WIB

Di Balik Tembok Penjara, Bima Sakti Berlatih Mandiri dengan Eco Farming

KPI RU VI Balongan menjadi pembina/fasilitator dalam program integrated eco farming.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Seorang WBP menunjukkan bibit sayuran di area eco farming Lapas Indramayu.
Foto:

photo
Sayuran tumbuh subur di area eco farming Lapas Indramayu. - (Lilis Sri Handayani/Republika)

 

Untuk itu, di atas masing-masing kolam, terpasang delapan buah paralon berdiameter sekitar 10 centimeter. Di setiap paralon yang memiliki panjang tiga meter itu, terdapat 22 lubang yang diisi gelas air mineral plastik. Di dalam gelas plastik tersebut, sayuran tumbuh dengan subur.

Adapula sayuran yang ditanam di polybag berisi tanah. Semua sayuran tumbuh dengan subur berkat pupuk organik, yang sebelumnya juga dibuat sendiri oleh para WBP dari sampah organik.

Selain sampah organik dari dapur lapas, lalat BSF yang mati usai kawin dan bertelur juga turut menjadi pupuk yang menyuburkan. Sayuran pun disiram dengan menggunakan air kolam, yang mengandung kotoran ikan lele.

Sama seperti ikan lele, sayuran pakcoy dan selada air juga dijual ke dapur lapas. Penghasilan dari penjualan ikan lele maupun sayuran itu selanjutnya dibagikan kepada para WBP Bima Sakti.

"Program ini sangat bermanfaat. Alhamdulillah saya bisa dapat ilmu. Bisa memahami cara beternak maggot, budidaya ikan lele dan bertani sayuran," tukas Abdul Halim.

Abdul Halim mengaku, sebelumnya tidak paham cara bertani dengan sistem eco farming. Namun setelah ikut dalam kelompok Bima Sakti, dia memperoleh ilmu yang akan menjadi bekalnya untuk melanjutkan hidup setelah nanti bebas dari lapas. Dia bertekad, akan menjalankan usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kelak.

"Awalnya memang saya kurang yakin. Tapi setelah dijalani, saya menjadi yakin ini sangat berfaedah untuk saya kalau nanti sudah di luar (bebas). Saya akan budidayakan ini," kata Abdul Halim.

Tak hanya Abdul Halim, para WBP anggota Bima Sakti lainnya juga bertekad akan menjalankan usaha eco farming itu setelah mereka selesai menjalani masa hukuman di lapas.

"Itu pasti," sahut Syukur, hampir bersamaan dengan para anggota Bima Sakti lainnya.

Syukur menambahkan, dengan mengikuti program eco farming, dia dan anggota WBP lainnya juga bisa mengusir kejenuhan. Mereka beraktivitas setiap hari di area eco farming, mulai pukul 08.00 – 15.00 WIB.

Sudah sejak Februari 2021, PT KPI RU VI Balongan menjadikan warga binaan Lapas Indramayu itu sebagai sasaran program CSR mereka. Pasalnya, WBP masuk kategori kelompok rentan yang perlu dibantu.

Bagian CSR KPI RU VI Balongan, Yoga Satria Gumilar, mengungkapkan, pihaknya sebelumnya memetakan persoalan yang ada di dalam lapas. Dari hasil pemetaan, diketahui bahwa sampah yang dihasilkan dari kegiatan dapur lapas menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu, dipilih kegiatan CSR berupa program integrated eco farming.

"Dalam program eco farming, semuanya terintegrasi. Ada perikanan, pertanian, budidaya maggot termasuk juga pengolahan sampah organik," kata Yoga.

Selain mengatasi persoalan sampah organik, program tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan kembali para WBP setelah bebas dari lapas. Mereka diharapkan bisa hidup mandiri dengan bekal keterampilan eco farming.

"Mereka mungkin bingung setelah keluar dari lapas mau kerja apa. Nah makanya di sini kita bekali mereka dengan program integrated eco farming," tukas Yoga.

Dalam program tersebut, lanjut Yoga, Pertamina memberikan pembinaan, pelatihan hingga semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Seperti instalasi sistem akuaponik, tempat pemilahan sampah, kandang maggot dan lainnya.

Bahkan, Pertamina juga mendatangkan pendamping teknis untuk pengolahan sampah organik dan lele serta pendamping teknis untuk pertanian organik.

"Program integrated eco farming ini merupakan tahap awal. Kedepan, kita akan usahakan juga untuk membuat produk olahannya," kata Yoga.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement