Selasa 18 Oct 2022 15:02 WIB

Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah Satu Orang

Sejak masuk RS, korban dalam kondisi kritis hingga meninggal.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Pejalan kaki melintasi mural bertema tragedi Kanjuruhan di Jalan Basuki Rahmat, Malang, Jawa Timur, Jumat (14/10/2022). Seni mural dan montase karya seniman Malang tersebut digambar di sejumlah lokasi sebagai ungkapan duka dan keprihatinan atas terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pejalan kaki melintasi mural bertema tragedi Kanjuruhan di Jalan Basuki Rahmat, Malang, Jawa Timur, Jumat (14/10/2022). Seni mural dan montase karya seniman Malang tersebut digambar di sejumlah lokasi sebagai ungkapan duka dan keprihatinan atas terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang pada Selasa (18/10/2022). Kini total ada 133 orang meninggal akibat tragedi 1 Oktober lalu.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Malang Wiyanto Wijoyo mengatakan, identitas korban meninggal pada kali ini bernama Andi Setiawan. Yang bersangkutan berusia 33 tahun dan berdomisili di Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur (Jatim).

Baca Juga

Menurut Wiyanto, korban dinyatakan meninggal pada Selasa (18/10/2022) pukul 13.20 WIB. "Meninggal di RSSA (RSUD Saiful Anwar Malang)," kata Wiyanto saat dikonfirmasi Republika.

Tim dokter anestesi dan ICU di RSSA Malang, Eko Nofiyanto menjelaskan, pasien datang ke RSSA sudah dalam keadaan kritis sejak Ahad (2/10/2022) pukul 03.00 WIB. Korban juga telah mengalami penurunan kesadaran dengan berbagai cedera di tubuhnya.

Berdasarkan laporan tim medis, korban memiliki memar di bagian paru-parunya. Kemudian patah tulang di bagian iga dan paha sebelah kanan. Kondisi tersebut menyebabkan tim medis menempatkan korban di ruang ICU agar mendapatkan perawatan secara intensif dan pengawasan menyeluruh.

Selama proses pemantauan di ruang ICU, kondisi korban tetap tidak stabil. Hal ini menyebabkan tim medis belum berani melakukan tindakan operasi. Tim hanya bisa menangani trauma di bagian paha dan beberapa bagian lainnya agar tidak semakin parah. Kemudian juga menyediakan alat bantu napas agar kadar oksigen korban tetap tersuplai dengan baik.

"Jadi sejak datang, pasien sudah dalam kondisi kritis. Lalu langsung kita arahkan ke ICU sampai hari ini meninggal. Selama sejak datang sampai saat ini tetap dirawat di ICU," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement