Jumat 14 Oct 2022 20:13 WIB

IDAI: Perlu Investigasi Lebih Lanjut Diagnosis Gagal Ginjal Akut Anak

Hingga hari ini belum dapat diketahui penyebab pasti penyakit gagal ginjal akut anak.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso
Foto: Republika TV/Fakhtar Kahiron Lubis
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan perlu ada investigasi lebih lanjut oleh semua tenaga kesehatan untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit gagal ginjal akut yang saat ini banyak mengenai anak-anak.

"IDAI mengumpulkan informasi dari seluruh cabang IDAI di seluruh Indonesia, untuk melaporkan kasus-kasus yang ditemukan. Kami menerima laporan dari anggota kami, jadi datanya akan bisa berbeda dengan data Kementerian Kesehatan yang berasal dari rumah sakit karena ini basisnya laporan anggota," kata Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam Media Briefieng Kewaspadaan Dini Gangguan Ginjal Akut Pada Anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga

Piprim menekankan investigasi lebih lanjut karena sampai dengan hari ini belum dapat diketahui penyebab pasti penyakit tersebut. Selain itu, IDAI bersama Kementerian Kesehatan masih berupaya menyusun data dari berbagai provinsi yang ada.

Meski IDAI pun sejak pertengahan bulan September hingga 14 Oktober 2022 melalui IDAI cabang telah mengumpulkan data, namun jumlah kasus yang dilaporkan belum dapat merepresentatifkan semua kasus yang ada. Beberapa rumah sakit atau provinsi bahkan belum bisa melaporkan kasus.

"Kayak di Jawa Timur, kami tidak ada laporan dan baru ada 16 provinsi. Jadi data akan selalu dinamis, akan selalu update supaya yang kita lakukan mulai dari infeksi, kemungkinan intoksisasi kami cari," ujar dia.

Oleh karena itu, sebagai bentuk mitigasi terhadap gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak, Piprim mengatakan bahwa IDAI akan terus melakukan pengumpulan data penemuan kasus gagal ginjal akut dengan mengerahkan seluruh anggota IDAI cabang. IDAI juga akan terus melakukan koordinasi keilmuan dari ahli terkait seperti unit kerja koordinasi nefrologi, infeksi, emergensi dan rawat intensif anak serta Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.

"Kita sudah berkoordinasi sejak beberapa bulan lalu, begitu kasus muncul kita langsung melakukan koordinasi-koordinasi," katanya.

Piprim turut meminta setiap ahli untuk dapat memberikan rekomendasi secara internal pada seluruh anggota IDAI, mengenai kewaspadaan gagal ginjal akut pada anak yang sifatnya dinamis, mengikuti perubahan penyebab dan hasil evaluasi pada pengobatan.

Piprim menyatakan IDAI terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait dengan pemutakhiran kasus gangguan gagal ginjal akut yang progresif, dalam hal dukungan investigasi, terapi dan edukasi pada seluruh orang tua dan keluarga.

Terakhir, IDAI bahkan membuat sebuah media pelaporan bagi para anggota terkait diagnosis dan terapi gagal ginjal akut yang progresif. Di mana laporan dapat dikirimkan melalui tautan bit.ly/PelaporanKasusAKIUnknownOriginpadaAnak.

Kemudian Piprim meminta seluruh tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan untuk terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, dengan cara melaporkan kasus secara aktif. "Tolong lakukan juga pemantauan gejala-gejala gagal ginjal akut saat perawatan atau mengedukasi tanda bahaya kepada masyarakat, saat pasien berada di masa rawat jalan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement