REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Psikolog klinis dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menghindari pelecehan seksual anak. Pertama, bisa waspada dan berhati-hati terhadap perilaku seseorang.
Misal, ketika dia sering membicarakan hal-hal yang berhubungan seksualitas di tempat umum. “Dia merasa itu merupakan sesuatu yang lucu atau sebagai bahan bercandaan yang bisa diumbar di tempat umum,” kata Anggiastri kepada Republika.co.id, Rabu (12/10/2022).
Selain itu perlu diperhatikan kebiasaan lain, seperti menggoda atau menyentuh. “Sering melakukan hal-hal seperti menggoda, menyentuh, dan menjawil. Ketika berani melakukan itu, kita perlu waspada. Karena sebenarnya ketika membahas atau melakukan tindakan kecil yang berhububgan dengan seksualitas, itu ada dorongan dan pengetahuannya,” ujarnya.
Dia melanjutkan orang tua juga bisa melakukan beberapa hal lain kepada anak, seperti memberikan pendidikan seksual sejak dini. Terlebih, ketika anak sudah paham interaksi dua arah.
Salah satu contoh yang banyak dilakukan adalah pentingnya memberi tahu nama organ intim sesuai nama aslinya. “Jadi ini membuat anak tidak bingung dengan nama dari organ seksualnya dan kalau terjadi sesuatu, anak bisa menjelaskan ke orang tua secara detail apa yang dia alami,” ucap dia.
Kemudian berikan edukasi kepada anak untuk tidak boleh sembarang orang menyentuhnya. Anggiastri menyebut ajarkan kepada anak agar selalu paham bahwa dirinya berharga. “Ini mengajarkan kepada mereka kalau mereka berharga sehingga kalau mau pegang izin. Bahkan, yang boleh menyentuh hanya org tua dan pengasuh. Itu dalam koridor misalkan untuk membersihkan diri sehingga anak mempunyai pemahaman mempunyai penghargaan diri dan konsep diri yang baik,” jelasnya.
Terakhir, Anggiastri mengatakan orang tua perlu membangun komunikasi baik dengan anak sehingga anak bisa menceritakan segala hal, termasuk yang tidak disukai dan tidak nyaman. “Ketika orang tua memberikan ruang kepada anak untuk bercerita, berbagi, dan memfasilitasi boleh menyampaikan ketidaknyamanan, mereka biasanya akan lebih mudah menceritakannya tentang apa yang dialami,” tambahnya.