Kamis 06 Oct 2022 05:18 WIB

FKSM 2022 Tampilkan Belasan Komunitas Seni Media dan Pertunjukan

Seni merupakan moda produksi pengetahuan yang lahir dari refleksi mendalam

Rep: ronggo astungkoro/ Red: Hiru Muhammad
Instalasi seni dalam Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2022 di Taman Budaya Bengkulu, Bengkulu, Rabu (5/10/2022).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Instalasi seni dalam Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2022 di Taman Budaya Bengkulu, Bengkulu, Rabu (5/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bengkulu menjadi tuan rumah Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2022. FKSM yang digelar di Bumi Raflesia itu akan berlangsung pada 6-12 Oktober 2022 dengan menghadirkan pameran seni media, pentas pertunjukan silang-media, dan serangkai kegiatan edukasi bagi publik dan pelajar.

FKSM 2022 hadir atas kerja sama antara Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Arcolabs, UPTD Taman Budaya Bengkulu, dan Asosiasi Seniman Bengkulu. Kemendikbudristek terus mendorong proses pertukaran budaya, pengetahuan, dan perluasan jaringan seni budaya.

Baca Juga

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan, para pelaku seni media dengan berbagai kemungkinan mediumnya tidak lagi hanya berbicara dalam satu perspektif teknologi, tetapi juga membuka wacana baru mengenai keselarasan manusia berteknologi dengan dirinya sendiri, masyarakat, dan alam.

“Karya-karya ini sudah bukan lagi berfokus pada sebuah diskursus daerah saja, melainkan telah menjadi karya-karya yang juga merespons sebuah fenomena global,” ujar Hilmar, Rabu (5/10/2022).

Pemilihan karya dan komunitas tersebut berangkat dari kerangka kurasi "Medi(t)asi Ritus/Rute". Di mana itu bertumpu pada pembacaan atas kehadiran media dan teknologi yang semakin luas dan tajam dalam membentuk praktik hidup sehari-hari dan relasi-relasi sosial, baik dalam konteks lokal maupun konteks global. Konvergensi media membuka jalan pada praktik kerja lintas disiplin sebagai cermin dari semangat inklusif.

Berangkat dari gagasan kuratorial itu, FKSM \"Medi(t)asi Ritus/Rute\" mempertemukan berbagai praktik produksi pengetahuan dari beragam komunitas dan kumpulan individu yang banyak bekerja dengan pendekatan teknologis dan silang-media.

Kurator pameran, Sudjud Dartanto, menjelaskan, seni merupakan moda produksi pengetahuan yang lahir dari refleksi mendalam, sebagaimana praktik meditasi. Dalam hal itu, kata dia, identitas Bengkulu sebagai tempat pelaksanaan juga terbentuk melalui mediasi teknologi dan budaya media."Pembentukan itu terjadi melalui berbagai rute mulai dari  perjalanan, mobilitas, transit sosial dan budaya, dan ritus, (kemudian menjadi) memori kolektif masyarakat atau tradisi yang termanifestasikan dalam berbagai imajinasi sosial dan praktik hidup sehari-hari,\" jelas Sudjud.

Proses kurasi komunitas seniman cukup bervariasi dengan melibatkan undangan dari tim kuratorial. Selain itu, proses seleksi dari panggilan terbuka telah dilaksanakan selama Mei-Juni 2022 serta program lokakarya seni media dan pertunjukan silang-media dilaksanakan di Samarinda pada bulan Juli 2022.

Bagi salah satu seniman Bengkulu, John Hery Susanto dari Komunitas Lintas Seni menilai kegiatan itu dapat menjadi pengalaman yang sangat inspiratif. Menurut dia, seluruh mentor dan rekan-rekan yang terlibat sangat enerjik dan terbuka.

"Sehingga proses berkarya ini menjadi kesempatan melakukan pertukaran budaya, pengetahuan, dan perluasan jaringan bagi kami di Bengkulu dan juga rekan-rekan seniman dari seluruh Indonesia,\" kata dia.

FKSM berangkat dengan nama Pekan Seni Media yang telah diselenggarakan di Bandung pada 2015 dan 2016, Riau pada 2017, Palu pada 2018, Samarinda pada 2019, Bandung pada 2020, dan Tangerang Selatan pada 2021. Pada kegiatan kali ini akan memamerkan dan mementaskan karya-karya  yang diseleksi oleh kurator Sudjud Dartanto, Jeong Ok Jeon, dan Yudi Ahmad Tajudin.

Karya-karya tersebut berasal dari Asosiasi Seni Bengkulu asal Bengkulu; BAJRA asal Pasuruan, Jawa Timur; GaraGara Artist Initiative asal DKI Jakarta; Jonas Sestakresna-Ruang Asah Tukad Abu & Seniman Pertunjukan Bengkulu asal Bali dan Bengkulu; Kecoak Timur dan KAE asal Gresik, Jawa Timur.

Lalu ada Komunitas Gubuak Kopi asal Solok, Sumatera Barat; Komunitas Lintas Seni asal Bengkulu; Komunitas Seni Pertunjukan Bengkulu asal Bengkulu; Prehistoric Soul asal Bali; Prewangan Studio asal Tuban, Jawa Timur.

Kemudian ada SARANA asal Samarinda, Kalimantan Timur; Sinau Kinetik Seni asalYogyakarta; Studio DKV Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan asal DKI Jakarta; S Sophiyah Kosasih dan Tilik Sarira Creative Process asal Solo, Jawa Tengah); Tomy Herseta and Convert Textured asal Bandung, Jawa Barat; serta Waft Lab asal Surabaya, Jawa Timur.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement