REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan kembali pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meredakan ketegangan dengan Ukraina. Pada saat itu, pertemuan antara keduanya berlangsung selama 2,5 jam dan dilakukan dengan jarak yang sangat dekat.
Ia pun mengaku akan menolak pertemuan jika dilakukan dengan jarak yang jauh, seperti yang dilakukan Putin dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Dengan Putin 2,5 jam tapi dengan kursi dekat. Tidak diterima, tidak dengan jarak yang 5 meter. Kalau saya diterima saat itu dengan jarak yang lima meter saya tinggal pulang. Diterima kayak gitu ada yang mau, kalau saya gak mau,” kata Jokowi dalam sambutannya di acara sarasehan 100 ekonom Indonesia 2022, Rabu (7/9/2022).
Selain bertemu dengan Presiden Putin, Jokowi sebelumnya juga bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dari pertemuan dengan kedua kepala negara tersebut, Jokowi menilai perang masih akan berlangsung lama. Sebab, proses dilakukannya perundingan dan juga dialog pun sangat sulit.
“Sehingga saya belokkan ya udahlah ngomong-ngomong (soal perang) gak ketemu, saya ngomong krisis pangan saja, akhirnya ketemu,” lanjut dia.
Saat itu, Jokowi menyampaikan kepada Putin bahwa Ukraina kesulitan melakukan ekspor gandum karena masalah jaminan keamanan dari Rusia. Kondisi ini pun menyebabkan terjadinya krisis pangan di berbagai negara.
Menanggapi hal itu, Presiden Putin pun memberikan jaminan terhadap aktivitas ekspor dari Ukraina. “Saya sampaikan ke Presiden Putin, boleh nih saya sampaikan ke media boleh? Silakan, saya sampaikan. Dan 2-3 pekan sudah ada satu kapal yang keluar dari Odessa ke Istanbul,” ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan, perang antara Rusia dan Ukraina pun masih akan berlangsung lama yang akan berimbas ke berbagai sektor baik pangan, energi, dan juga finansial. Saat ini, harga pangan dan juga energi pun sudah mengalami kenaikan.
“Terus berimbah ke mana lagi? Ke keuangan? Iya juga akan lari ke sana juga. Tapi sejauh mana mempengaruhi growth, mempengaruhi inflasi? Negara mana yang kena? Ini yang kita harus hati-hati betul,” kata dia,
Karena itu, Jokowi pun mengajak seluruh pihak, termasuk para ekonom untuk mengubah mindset bahwa kondisi perekonomian dan geopolitik dunia saat ini sudah berubah. Menurutnya diperlukan pemikiran yang lebih detil lagi, baik pada ekonomi makro maupun mikro.