Rabu 07 Sep 2022 11:41 WIB

Presiden Jokowi: Jangan Harap Perang Ukraina-Rusia Cepat Selesai

Pejabat negara hingga ekonom perlu membuat strategi untuk menghadapi dampak perang

Red: Nur Aini
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) berjabat tangan sebelum konferensi pers saat pertemuan mereka di Kremlin Moskow di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.
Foto: EPA-EFE/VYACHESLAV PROKOFYEV/SPUTNIK/KREMLIN
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) berjabat tangan sebelum konferensi pers saat pertemuan mereka di Kremlin Moskow di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai perang antara Rusia dan Ukraina belum akan segera selesai. Sehingga, para pejabat negara hingga ekonom perlu membuat strategi untuk menghadapi krisis.

"Dari ketemu dengan dua presiden itu, saya simpulkan keadaan ini akan berjalan masih lama lagi, jangan berharap perang besok atau bulan depan selesai," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Baca Juga

Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut dalam "Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022" yang dihadiri para Menteri Kabinet Indonesia Maju, CEO CT Coprs Chairul Tanjung, dan para ekonom lainnya.

Presiden Jokowi diketahui bertemu dengan Presiden UkrainaVolodymyr Zelenskyy, di Istana Maryinsky, Kyiv pada 29 Juni 2022. Presiden Jokowi juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin pada 30 Juni 2022.

"Saya bicara dengan Presiden Zelensky selama 1,5 jam, sedangkan dengan Presiden Putin selama 2,5 jam, tapi dengan kursi dekat. Tidak dengan jarak 5 meter, kalau saya diterima dengan jarak yang 5 meter saat itu saya tinggal pulang, diterima kayak begitu kok ada yang mau? Kalau saya nggak mau," cerita Presiden.

Diketahui posisi saling jaga jarak terlihat dalam pertemuan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada 7 Februari 2022.

"(Dialog) sangat tidak mudah, kita mendorong agar terjadi dialog saja, menyiapkan ruang dialog saja sangat-sangat sulit sekali sehingga saya belokkan ya sudahlah ngomong (perdamaian) tidak ketemu, saya ngomong krisis pangan saja, akhirnya ketemu," ungkap Presiden.

Presiden Jokowi menyebut ia menyampaikan pesan Presiden Zelensky kepada Presiden Putin bahwa Ukraina punya stok gandum sebanyak 22 juta ton dan masih ada panen baru sebanyak 55 juta ton tapi tidak bisa keluar Ukraina karena masalah jaminan keamanan Rusia.

"Dan itu yang saya sampaikan ke Presiden Putin lalu Presiden Putin sampaikan 'Saya jamin, tidak ada masalah', saya tanya apakah saya bisa sampaikan ke media dan dijawab 'silakan', dan 2-3 hari ada kapal yang keluar dari Odessa ke Istanmbul," tambah Presiden.

Dari pembicaraan dengan kedua pemimpin negara tersebut, Presiden Jokowi menegaskan perang masih akan berlangsung lama dan belum diketahui imbasnya.

"Ya bisa ke kenaikan harga pangan di seluruh negara, ke energi juga iya. Harga gas naik sampai 5 kali lipat dan harga minyak sampai 2 kali lipat, terus berimbas ke mana lagi? Ke keuangan? Iya juga sejauh mana memengaruhi growth dan inflasi? Negara mana yang kena? ini harus hati-hati betul, tidak bisa kita hanya bicara makronya saja, mikronya juga, dan lebih penting lagi detail satu per satu harus dikupas," kata Presiden.

Presiden Jokowi mengajak agar para ekonom mengubah pola pikir karena kondisi ekonomi dunia dan geopolitik dunia sudah berubah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement