REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), berdampak pada kenaikan tarif bus Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) pada Ahad (4/9/2022). Kenaikan tarif ongkos penumpang secara sepihak tersebut berkisar 15 persen sampai 25 persen dari tarif sebelumnya.
Penelusuran Republika.co.id di Terminal Kemiling dan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Ahad (4/9/2022), pascanaiknnya harga BBM subsidi telah menimbulkan keresahan dari penumpang AKDP yang melakukan perjalanan ke berbada daerah di Lampung. Pasalnya, sopir dan awaknya telah menaikkan ongkos bus dengan kisaran Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per penumpang dari ongkos sebelumnya.
Bus AKDP Kotaagung yang berangkat dari Terminal Rajabasa hingga melalui dua kabupaten sudah menaikkan ongkos penumpang dari Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu per penumpang. Sedangkan bus AKDP tujuan Kota Metro naik dari Rp 17 ribu menjadi Rp 20 ribu dan bus AKDP tujuan Bakauheni naik dari Rp 40 ribu menjadi Rp 45 ribu per penumpang.
Kenaikan ongkos bus AKDP tersebut membuat penumpang banyak kaget, lantaran biasanya kenaikan diumumkan oleh pemerintah setempat, setelah kenaikan BBM. “Saya dari Kabupaten Pringsewu ke Bandar Lampung biasanya Rp 20 ribu naik jadi Rp 25 ribu,” kata Thia (21 tahun), warga Kemiling, Bandar Lampung, Ahad (4/9/2022).
Mahasiswa FT Unila yang sedang praktik di Desa Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, mengaku kaget dengan ongkos yang naik secara mendadak. “Kalau naik harusnya jadi Rp 22 ribu paling tinggi,” ujarnya.
Naiknya BBM juga membuat sopir bus AKDP Kota Metro ikut-ikutan menaikkan ongkos. Menurut Yani (45 tahun), sopir bus AKDP Kota Metro, kenaikan solar yang drastis membuat kebijakan pemilik bus dan sopir harus menaikkan tarif ongkos.
“Kami juga terpaksa menaikkan ongkos, karena untuk menutupi beli solar dari mana kalau tidak naikkan ongkos penumpang,” ujar Yani.
Sedangkan Fahri (30 tahun), sopir bus AKDP Kotaagung mengatakan, meski belum ada penetapan tarif resmi dari pemerintah, pihaknya tetap menaikkan ongkos penumpang karena BBM sudah naik duluan. “Kalau solar naik mendadak, kami juga menaikkan ongkos mendadak, karena harus beli solar dengan harga baru yang mahal,” ujarnya.