Ahad 04 Sep 2022 16:20 WIB

BBM Naik, Nasib Sopir Angkot Makin Terpuruk

Ipin kini tak tahu apakah masih bisa menyisikan uang belanja untuk keluarga.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ilham Tirta
Sopir angkot sedang mengisi BBM di salah satu SPBU di Kecamatan/Kabupaten Indrmayu, Ahad (4/9/2022). Kenaikan harga BBM membuat nasib mereka kian terpuruk.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Sopir angkot sedang mengisi BBM di salah satu SPBU di Kecamatan/Kabupaten Indrmayu, Ahad (4/9/2022). Kenaikan harga BBM membuat nasib mereka kian terpuruk.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diputuskan Pemerintah pada Sabtu (3/9/2022) telah memukul nasib para sopir angkutan kota (angkot). Di tengah belum adanya keputusan peningkatan tarif, mereka hanya bisa berharap ada kebijakan dari penumpang.

"Sebelum ada kenaikan BBM saja sudah sulit, apalagi sekarang,’’ keluh seorang sopir angkot 03 Indramayu, Ipin, saat ditemui di Terminal Sindang, Kabupaten Indramayu, Ahad (4/9/2022).

Baca Juga

Ipin merinci, sebelum harga BBM naik, penghasilannya rata-rata Rp 250 ribu per hari. Dari jumlah itu, sebesar Rp 80 ribu digunakan untuk setoran kepada pemilik mobil, Rp 120 ribu untuk mengisi bensin, dan Rp 50 ribu dibawa pulang ke rumah untuk keluarganya.

"Tapi penghasilan enggak menentu. Ya pahit-pahitnya bawa pulang uang Rp 20 ribu, kadang Rp 40 ribu per hari. Itu sebelum harga BBM naik. Enggak tahu sekarang’’ kata ayah dari tiga orang anak tersebut.

Ipin menambahkan, pernah juga pendapatan yang diperolehnya kurang dari Rp 200 ribu per hari. Jika demikian, dia akan meminta kebijakan dari pemilik mobil angkot untuk mengurangi besarnya setoran.

Ipin menjelaskan, para sopir angkot selama ini harus menghadapi persaingan di antara jasa transportasi lainnya. Ditambah lagi, banyak di antara masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor untuk beraktivitas sehari-hari.

"Ya selama ini hanya mengandalkan penumpang anak-anak sekolah saja,’’ kata Ipin.

Di tengah minimnya jumlah penumpang, kata Ipin, sejumlah trayek angkot di wilayah Indramayu Kota akhirnya kolaps. "Sekarang yang masih jalan cuma angkot 03, 04, 01. Untuk 05 mulai kolaps. Angkot Indramayu-Jatibarang juga mulai kurang,’’ kata Ipin.

Ipin menambahkan, meski pendapatan minim, namun asap dapur di rumah harus tetap mengepul. Karena itu, mencari pinjama (utang) terpaksa dilakukan untuk menutupi kebutuhan keluarga di rumah.

Ipin berharap, pemerintah daerah bisa menaikkan tarif angkot bagi penumpang. Hal itu untuk menutupi besarnya biaya BBM yang harus dikeluarkan para sopir angkot. "Ya inginnya sih naik Rp 1.000,’’ tukas sopir angkot yang melayani trayek Termina Sindang - Indramayu Kota tersebut.

Selama ini, tarif angkot di Indramayu sebesar Rp 3.000 untuk penumpang dewasa dan Rp 2.000 untuk penumpang anak sekolah. Jika sudah mengalami kenaikan, maka tarif penumpang dewasa menjadi Rp 4.000 dan anak sekolah menjadi Rp 3.000.

Baca juga : Kenaikan BBM Bersubsidi Mendapat Kritik Tajam

"Kalau sekarang kenaikan resmi sih belum ada. Tapi kami minta pengertian dari penumpang,’’ kata Ipin.

Hal senada diungkapkan sopir angkot jurusan Indramayu-Jatibarang, Ocin. Selama ini, tarif penumpang angkot jurusan Indramayu-Jatibarang mencapai Rp 7 ribu untuk penumpang dewasa dan Rp 2 ribu untuk penumpang anak sekolah.

"Untuk naik resmi, belum. Kami cuma minta pengertian dari penumpang untuk menambah Rp 1.000. Ya ada penumpang yang pengertian, ada juga yang tidak,’’ kata Ocin, saat ditemui sedang mengisi BBM di SPBU Bunderan Kijang Indramayu.

Ocin mengatakan, kenaikan harga BBM sangat memberatkan sopir angkot. Untuk sepuluh liter Pertalite, dia harus merogoh uang Rp 120 ribu. "Ini saya narik cuma dapat untuk isi bensin saja. Enggak ada hasilnya,’’ keluh Ocin.

Para sopir angkot pun saat ini lebih memilih untuk mengetem dibandingkan berkeliling mencari penumpang. Hal itu untuk menghemat BBM.

Pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM subsidi per Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB. Yakni, Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter, solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Baca juga : Kenaikan BBM Dikhawatirkan Picu PHK Massal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement