Jumat 19 Aug 2022 14:47 WIB

Istri Ferdy Sambo Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Pembunuhan

Tim pengacara Brigadir J sebelumnya telah meminta agar Putri Sambo jadi tersangka.

Polisi berjaga saat Komnas HAM meninjau tempat kejadian perkara di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta, Senin (15/8/2022). Kedatangan Komnas HAM itu untuk memeriksa tempat kejadian perkara dan menyandingkan dengan data-data serta keterangan yang telah diperoleh Komnas HAM terkait dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Polisi berjaga saat Komnas HAM meninjau tempat kejadian perkara di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta, Senin (15/8/2022). Kedatangan Komnas HAM itu untuk memeriksa tempat kejadian perkara dan menyandingkan dengan data-data serta keterangan yang telah diperoleh Komnas HAM terkait dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Tim khusus Polri pada Jumat siang mengumumkan penetapan Putri Candrawathi, istri Irjen PolisiFerdy Sambo, sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J. Status Putri meningkat dari sebelumnya menjadi saksi.

Sebelumnya, Tim Pembela Keluarga Brigadir Nofriansyah Yoshua (J) meminta Bareskrim Polri, segera menetapkan Putri Candrawathi Sambo sebagai tersangka dugaan penyebaran kabar bohong, fitnah, dan permufakatan jahat.

Baca Juga

Pengacara Kamaruddin Simanjuntak pun meminta agar Kapolri Listyo Sigit Prabowo merealisasikan komitmennya memidanakan para anggota Polri, yang melakukan persekongkolan jahat dalam perbuatan obstruction of justice, atau penghambatan proses penyidikan, dan pengungkapan pembunuhan Brigadir J.

Kamaruddin mengatakan hal tersebut, menyusul waktu bagi Putri Sambo untuk menyampaikan maaf terbuka kepada keluarga Brigadir J, tak juga dilakukan, Selasa (16/8/2022). “Demi kepastian hukum, saya, bersama keluarga almarhum Joshua (J), meminta kepada Polri, untuk segera menetapkan Ibu Putri sebagai tersangka,” begitu kata Kamaruddin, di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Baca Juga

Kedatangan Kamaruddin ke Bareskrim menyangkut proses hukum lanjutan atas penyidikan, dan pengungkapan tuntas pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Kepada penyidik, Kamaruddin mengatakan, proses penegakan hukum terkait kasus itu, agar tak cuma berhenti di empat tersangka yang sudah ditetapkan semetara ini.

Namun juga, kata Kamaruddin, mengharuskan Polri, untuk menjerat pidana semua nama-nama lain, yang terlibat dalam persekongkolan, maupun permufakatan jahat terkait pembunuhan Brigadir J.

Terhadap Putri Sambo, kata Kamaruddin, keluarga Brigadir J, sudah memberikan waktu untuk menyampaikan maaf terbuka kepada keluarga Brigadir J, dan seluruh masyarakat Indonesia, terkait dengan pelaporan pelecehan seksual, dan ancaman kekerasan yang diduga dilakukan Brigadir J, terhadap Putri Sambo.

Pelaporan itu, dilakukan di Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel), pada Sabtu (9/7/2022), satu hari setelah pembunuhan Brigadir J, di rumah dinas Inspektur Jenderal (Irjen Sambo) di Kompleks Polri, di Duren Tiga 46, Jaksel.

Namun, pelaporan itu, pada Jumat (12/8/2022), dinyatakan dihentikan proses penyidikannya, karena pelaporan tersebut, dilakukan atas peristiwa yang tak pernah ditemukan fakta hukumnya, alias pelaporan palsu. Menurut Kamaruddin, dalam penghentian penyidikan tersebut, pelaporan oleh Putri Sambo, dan Irjen Sambo itu, bagian dari obstruction of justice, dan rekayasa untuk menutupi peristiwa pembunuhan berencana Brigadir J.

“Oleh karena itu, saya sampaikan, kita dan keluarga, sudah kehabisan kesabaran. Dan, kita meminta, untuk Ibu Putri ini, juga dijadikan tersangka, dan turut dipidana atas perbuatannya yang melakukan pelaporan palsu tersebut,” ujar Kamaruddin.

Pembunuhan berencana tersebut melibatkan, yakni Ferdy Sambo, Bharada E, Bripka RR dan Kuat Ma'ruf. Keempat tersangka disangka dengan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati, atau pidana penjara seumur hidup, atau selama-lamanya 20 tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement