REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Siklon Tropis Songda yang terbentuk di Filipina, berdampak tidak langsung pada tinggi gelombang laut Indonesia. "Siklon tropis Songa dalam 24 jam ke depan berdampak pada tinggi gelombang 1,25-2,5 meter di Perairan Bitung sampai Kepulauan Sitaro, Laut Sulawesi bagian timur, Laut Maluku, Perairan Manokwari, Perairan Pulau Biak hingga Jayapura, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat (29/7/2022).
BMKG melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memantau perkembangan Bibit Siklon 93W yang tumbuh di sekitar Laut Filipina sejak 25 Juli 2022. Berdasarkan data analisis terbaru hari ini bibit siklon 93W meningkat statusnya dan menjadi Siklon Tropis Songda yang tumbuh di sekitar perairan Filipina. Tepatnya di 27,6 LU, 135,2 BT dengan kecepatan angin maksimum mencapai 35 knots (64 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1002 hPa.
Siklon Songda saat ini sudah berada di luar area pengawasan TCWC Jakarta dan bergerak ke arah Barat Laut dan semakin menjauhi wilayah Indonesia. Guswanto juga menjelaskan bibit siklon tropis 95S tumbuh di sekitar Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung tepatnya di 10,8 LS, 94,6 BT. Saat ini, siklon ini sudah berada di area tanggung jawab TCWC Perth, Australia.
Kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 30 knots (55 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 998 hPa dengan pergerakan sistem ke arah Selatan Tenggara menjauhi wilayah Indonesia dan potensi menjadi Siklon Tropis berada pada kategori rendah. Dalam 24 jam ke depan, bibit siklon 95S dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di wilayah Indonesia berupa hujan lebat dan angin kencang terjadi di wilayah provinsi Kepulauan Mentawai (Sumatra Barat), Bengkulu, Lampung bagian Barat.
Kemudian tinggi gelombang 1,25-2,5 meter di Perairan Timur Kepulauan Mentawai, Selat Bali-Lombok-Sape bagian Utara. Selanjutnya tinggi gelombang 2,5-4,0 meter di Selat Malaka bagian Utara, Perairan Timur Pulau Simuelue hingga Kepualauan Nias, Perairan Pulau Enggano-Bengkulu, Perairan Barat Lampung, Teluk Lampung bagian Selatan, Selat Sunda bagian Selatan, Selat Bali - Lombok-Sape-Alas bagian Selatan, Laut Sawu, Perairan Pulau Rotte-Kupang, Samudra Hindia Selatan Nusa Tenggara Timur.
Dampak tinggi gelombang 4,0-6,0 meter di Perairan Barat Kepulauan Mentawai, Perairan Selatan Jawa (Laut Selatan Banten, Laut Selatan Jawa Barat, Laut Selatan DIY dan Laut Selatan Jawa Timur), Samudra Hindia Barat Kepulauan Mentawai hingga Selatan Nusa Tenggara Barat. Potensi tinggi gelombang lebih dari 6,0 meter di Samudra Hindia Barat Aceh hingga Kepulauan Nias.