Senin 04 Jul 2022 18:34 WIB

ADWI Memberi Dampak Terciptanya Lapangan Kerja dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Desa Sembungan masuk dalam 50 desa terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Menparekraf Sandiaga Uno melakukan upacara pemotongan (cukur) rambut pada anak-anak berambut gimbal (gembel).
Foto: Istimewa
Menparekraf Sandiaga Uno melakukan upacara pemotongan (cukur) rambut pada anak-anak berambut gimbal (gembel).

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO - - Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, 3 Juli 2022 -Berwisata ke Wonosobo tidak lengkap tanpa menikmati sunrise di Puncak Sikunir. Destinasi wisata yang berada di Jawa tengah itu terkenal dengan keindahan pemandangan matahari terbit. Maka, tak heran, objek plesiran yang berada di Desa Sembungan tersebut masuk dalam 50 desa terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan bertandang ke desa tersebut pada Ahad pagi (4/7/2022). Sandi mengungkapkan, perpaduan antara destinasi wisata alam Telaga Cebong dan wisata budaya Potong Rambut Gimbal merupakan daya tarik yang fantastis. Untuk meningkatkan potensi wisata di desa tersebut, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Astra.

”Saya ingin berikan tepuk tangan kepada Astra yang telah menjadikan ini Tunas Kampung Berseri Astra. Sebagai mitra kita untuk membangkitkan ekonomi, menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya,” kata Sandi didampingi Wakil Bupati Wonosobo Drs M Albar dalam keterangannya yag diterima Republika.co.id, Senin (4/7/2022).  

Desa Wisata Sembungan, terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Desa itu merupakan desa tertinggi di pulau Jawa, berada pada ketinggian sekitar 2.300  Mdpl. Lokasi Desa Sembungan sangat mudah dijangkau dari arah Wonosobo yaitu sejauh 24 kilometer atau dapat ditempuh dengan waktu 55 menit.

Puncak Sikunir merupakan destinasi ikonik yang menjadi unggulan. Objek wisata tersebut menawarkan keindahan pemandangan matahari terbit yang tiada duanya.

Untuk dapat menikmati sunrise di sana, wisatawan  dapat mengunjunginya pada musim kemarau di mana cuaca cenderung lebih cerah dan tak berkabut. Dalam perjalanan menuju puncak bukit, wisatawan akan disuguhkan pemandangan yang indah. 

Salah satunya adalah pemandangan Telaga Cebong. Itu merupakan telaga yang terjadi dari bekas kawah purba, dulunya memiliki luas sekitar 18 ha, akan tetapi lama kelamaan mulai menyempit dan tersisa sekitar 12 Ha. Lokasi Telaga Cebong berada di sebelah barat Gunung Sikunir dengan bentuk menyerupai cebong/berudu mungkin dari bentuk itulah akhirnya telaga ini diberi nama telaga cebong.

Kemudian, ada air Terjun Sikarim. Itu merupakan curug tertinggi yang ada di Pulau Jawa karena memiliki ketinggian sekitar 125 meter. Airnya mengalir melewati tebing batu yang sangat tinggi, terdapat beberapa aliran air di tebing tersebut. Air yang mengalir tersebut berasal dari Telaga Cebong.

Sementara soal potensi seni dan budaya, desa tersebut memiliki beragam tarian. Salah satunya, Tari Angguk. Tari tersebut merupakan hiburan atau pendukung untuk menyemarakkan perhelatan, pernikahan atau nadir (membayar janji). Lalu ada budaya Ruwatan Cukur Gimbal.

"Itu merupakan upacara pemotongan (cukur) rambut pada anak-anak berambut gimbal (gembel)," kata Wakil Bupati Wonosobo Drs M Albar. 

Ritual ruwatan yang diadakan pada tanggal satu suro menurut kalender jawa ini bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut gimbal dari sukerta/sesuker (kesialan, kesedihan, atau malapetaka).

Soal kuliner, kata dia, wisatawan dapat berburu Carica, Terong Belanda, dan Purwaceng. Di desa ini, para wisatawan juga dapat bermalam. Tersedia 40 homestay dengan biaya sewa per kamar antara Rp 250 ribu – 400 ribu. Fasilitas umum pun lengkap. Seperti halnya desa wisata yang lain, destinasi wisata di desa itu telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni 1. Daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), dan 7. Kelembagaan Desa. 

Sementara itu, Sandi merespons pertanyaan wartawan terkait berapa persen kenaikan kunjungan wisata di tanah air di tengah pandemi. ”30 persen berdasarkan big data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang menjadikan suatu momentum kebangkitan kita. Di tengah-tengah pandemi justru desa wisata ini menjadi pilihan,” terang Sandi.

Sandi juga mengungkapkan, Kemenparekraf berkomitmen untuk memasukan desa wisata sebagai program unggulan. Demokratisasi pariwisata adalah memberikan dampak pariwisata berkeadilan.

”Karena desa wisata ini yang merasakan seluruh masyarakat langsung. Kunjungan setiap tahun di Desa Wisata Sembungan 250 ribu itu langsung berdampak kepada masyarakat di sini,” ujar Sandi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement