REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Nasional Robi Nurhadi menilai kemunculan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) secara tiba-tiba yang diiringi dengan pergerakan cepat ala Tim Panzer Jerman, merupakan strategi Blitzkrieg-nya Airlangga Hartarto. Robi pun melihat ada plus dan minus dari langkah ini.
"Lahirnya KIB dengan segala pergerakannya ala Tim Panzer Jerman tidak lepas dari Airlangga sebagai aktor utamanya. Fenomenal, karena tiba-tiba, dan surprise karena diinisiasi oleh orang yang terlihat kalem selama ini," ujar dosen FISIP Universitas Nasional tersebut, Senin (6/6/2022).
"Plusnya, KIB itu koalisi cerdas. Memadukan partai dengan basis massa yang memiliki akar yang berbeda. Golkar nasionalis majemuk. PPP berbasis NU dan Islam tradisional, dan PAN berbasis Muhammadiyah dan Islam modern. Maka wajar kalau KIB itu terlihat solid tidak hanya di level elite tapi juga massanya. Lihat saja acara mereka pada Rakerda DPD Golkar Jabar di Sentul yang dihadiri 10 ribu kader Golkar yang juga dihadiri Ketua Umum DPW PAN Jabar Desy Ratnasari dan Ketua DPW PPP Jabar serta Wakilnya yang juga Wagub Jabar itu," Robi menambahkan.
Ia melihat KIB identik dengan tokoh-tokoh politik yang punya kapabilitas mengelola pemerintahan. Airlangga yang Ketum Golkar adalah Menko Perekonomian dengan pengalaman panjang di legislatif dan kabinet. Zulkifli Hasan, Ketum PAN yang adalah mantan Ketua MPR, punya pengalaman jadi menteri.
Kemudian, Suharso Monoarfa Ketum PPP, seorang menteri yang memegang perencanaan pembangunan (Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional). Kapabilitas dan kematangan mengelola pemerintahan, kata dia, akan melahirkan kepercayaan rakyat bahwa negeri ini bisa diurus dengan benar.
"Komitmen KIB untuk mengawal pemerintahan Jokowi sampai akhir juga menjadi hal yang penting. Masyarakat tidak merasa khawatir akan stabilitas politik. Komitmen itulah yang membuat Ketua Projo hadir pada Deklarasi KIB. Malah kesannya Projo mendukung KIB," ujar Kepala Pusat Penelitian Pascasarjana Universitas Nasional tersebut.
"Hal penting bagi rakyat adalah komitmen memberikan kesejahteraan yang lebih baik lagi dari kabinet Joko Widodo sekarang," ujar alumni Center for History, Politic and Strategi UKM Malaysia ini menambahkan.
Menurut dosen Magister Ilmu Politik tersebut, KIB juga bukan tanpa hal-hal minus. "KIB masih perlu menyempurnakan kekurangannya. Misalnya, menegaskan siapa calon presidennya. Jangan sampai bubar koalisi gara-gara nanti tidak setuju dengan capres usulannya," ujar Robi.
"Juga soal platform politik KIB yang belum disampaikan ke publik. Beda partai kan bisa juga beda visi. Belum lagi kalau mereka akan menerima parpol lain yang akan gabung ke KIB. Platform politik ini juga penting bagi rakyat untuk memastikan agar 'tidak membeli kucing dalam karung'. Jadi sampaikanlah platformnya ke masyarakat lebih awal," kata Robi.
Dikutip dari Antara, Suharso Monoarfa bersama Ketua Umum Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan menggelar Silaturrahmi Nasional Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Hutan Kota Plataran, Sabtu (4/6/2022)
Silaturrahmi tersebut dalam rangka penandatanganan kesepakatan bersama antara ketiga partai. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu dibangun untuk menghentikan politik identitas, diharapkan masyarakat tidak terbelah serta untuk kepentingan rakyat yang bersatu.
"Ini masih ijab kabul atau menandatangani kerjas ama yang disebut Koalisi Indonesia Bersatu," kata Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu.