Sabtu 28 May 2022 11:04 WIB

Gotong-Royong BPBD Gabungan Atasi Banjir Rob Semarang

Penanganan banjir rob di Semarang melibatkan pihak terkait termasuk swasta

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nashih Nashrullah
Truk kontainer menerobos banjir rob di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2022). Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas masih lumpuh imbas banjir rob. Namun, angkutan peti kemas mulai masuk ke pelabuhan meski masih sedikit. Sementara itu, air rob mulai surut pascaperbaikan tanggul yang jebol.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Truk kontainer menerobos banjir rob di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (26/5/2022). Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas masih lumpuh imbas banjir rob. Namun, angkutan peti kemas mulai masuk ke pelabuhan meski masih sedikit. Sementara itu, air rob mulai surut pascaperbaikan tanggul yang jebol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Upaya penanganan jebolnya tembok pelindung kawasan industri Lamacitra, yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir rob di wilayah Tanjung Emas, Kota Semarang masih berlanjut hingga hari ini, Jumat (27/5/2022). 

Penanganan jebolan tembok pelindung yang berbatasan langsung dengan laut itu merupakan tindak lanjut dari hasil koordinasi yang dilakukan antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kota Semarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), PT Pelindo dan pihak teknis lainnya. 

Baca Juga

Lintas BPBD antarkabupaten/kota mulai dari BPBD Kota Salatiga, BPBD Kabupaten Kudus, BPBD Kabupaten Blora, BPBD Kabupaten Grobogan, BPBD Kabupaten Semarang, BPBD Kabupaten Temanggung, BPBD Kabupaten Banjarnegara, dan BPBD Kabupaten Wonosobo bergotong-royong untuk membantu penanganan darurat. 

Selain dari BPBD, bantuan personel juga datang dari Polda Jawa Tengah, Polrestabes Semarang, SAR Polairud Jawa Tengah, TNI AL Lanal Semarang, TNI AD Kodim 0713 BS Semarang, TNI AD Kodam V Diponegoro dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang. 

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan penanganan darurat itu dilakukan dengan membuat tanggul sementara guna menutup jebolan tembok pelindung menggunakan 3.500 kantong pasir dari Pelindo, 1.000 kantong pasir dari PT Lamicitra Nusantara, 2 truk tronton kantong pasir dari DPU Kota Semarang dan BBWS dan geobag dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

"Tim gabungan itu juga menggunakan potongan bambu dan peralatan lain seadanya untuk menambal dua titik tembok penahan yang jebol sepanjang 20 meter di PT. Lamicitra Nusantara dan 7 meter di sisi barat," kata Muhari, Jumat. 

Sementara itu, beberapa kendala yang menjadi tantangan bagi tim gabungan dalam penanganan darurat adalah masih berlangsungnya gelombang pasang, kondisi wilayah terdampak di Kelurahan Tanjung Mas dengan topografi yang mengakibatkan air sulit keluar, terbatasnya pompa air dan akses menuju lokasi yang sulit dilalui. 

Berdasarkan data perkembangan hingga Jumat (27/5/2022), hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin (23/5/2022). 

Adapun wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.

Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dipicu oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya fenomena perigee, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi. 

Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat mempengaruhi adanya pasang surut air laut. Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa. 

Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sejak 13 Mei 2022 terkait adanya potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia yang bersamaan dengan datangnya fase bulan purnama dan perigee. Menurut BMKG, banjir rob seperti yang terjadi di sepanjang pantura diprediksi dapat berlangsung hingga beberapa hari ke depan.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement