REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari The Habibie Center Indria Samego menilai Provinsi Jawa Barat (Jabar) menjadi provinsi yang perlu diperhitungkan dalam Pemilu 2024. Sebab, penduduk di provinsi ini menjadi yang terbanyak dari provinsi lain di Indonesia.
"Saya kira walaupun tidak signifikan tetapi Jabar perlu diperhitungkan. Karena jumlah pemilih Jabar adalah yang terbanyak dalam satu provinsi (dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia)," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (21/5/2022).
Selama ini, dia melanjutkan, Jabar tidak benar-benar diperhitungkan sebagai pendukung hasil pemilu. Terkait perlunya calon presiden (capres) 2024 dari Bumi Parahyangan, Indria mengaku tidak menganut pemikiran yang mengharuskan calon presiden atau calon wakil presiden berasal dari Jabar atau kelompok lain tertentu, misalnya militer.
Menurutnya, yang menentukan capres atau cawapres adalah kualifikasi. "Jadi, tidak ada keharusan mewakili suku tertentu atau gender tertentu, sama saja," katanya.
Yang penting, kata dia, calon presiden atau calon wakil presiden ini punya kompetensi, kapabilitas, dan dipilih masyarakat. Artinya, jika ada calon dari Jawa Barat misalnya Gubernur Jabar Ridwan Kamil maka ini boleh-boleh saja karena semua bergantung pada pemilih. Mengenai figur yang bisa merebut hati masyarakat Jabar, Indria menyebutkan pria yang akrab disapa kang Emil ini bisa menjadi pilihan.
"Yang saya tahu hanya satu nama yang dianggap orang Sunda yaitu Ridwan Kamil atau Emil," katanya.
Selain itu, ia menyebutkan ada juga nama-nama lain yang berpotensi menjadi calon presiden seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Namun, jika ditanya nama terkuat menjadi capres 2024, ia menilai ada pertimbangan yang selama ini diabaikan. Yaitu faktor kedudukan atau kedekatan sang calon dengan jabatan publik.
"Misalnya Anies Baswedan yang lumayan populer apakah akan terpilih (menjadi presiden) kalau tak jadi gubernur lagi," katanya.
Begitu juga dengan Prabowo karena dirinya yakin suara untuk mantan suami Titiek Soeharto ini diperhitungkan sebagai Menteri Pertahanan. Artinya, calon kuat capres-cawapres harus terkenal yang popularitasnya lumayan. Selain itu, memiliki dukungan publik termasuk dukungan finansial.
Indria mengaku belum yakin Ganjar Pranowo menjadi capres terkuat pada Pemilu 2024. Alasannya, Ganjar saat ini terlihat justru tengah ditinggalkan PDIP. Ia mengingatkan, partai politik berfungsi sebagai kendaraan politik.
"Misalnya Presiden Joko Widodo dulu kan didukung oleh Megawati atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Jadi, meski populer di tingkat masyarakat tapi tak ada kendaraan politik maka masih lama waktunya," katanya.