Ahad 15 May 2022 20:18 WIB

Dradjad: Koalisi Indonesia Bersatu Perkuat Posisi Golkar, PAN, PPP

Keputusan Koalisi Indonesia Bersatu sangat strategis.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kanan), Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kiri) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, bertemu dan sepakat membangun koalisi gagasan.
Foto: istimewa/doc humas
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kanan), Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kiri) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, bertemu dan sepakat membangun koalisi gagasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pakar PAN, Dradjad Hari Wibowo, mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang disepakati Ketum PAN Zulkifli Hasan, bersama Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PPP Suharso Monoarfa merupakan keputusan politik yang sangat strategis.

“Sebagai kader PAN, berdasarkan analisis yang obyektif, saya meyakini koalisi ini akan sangat memperkuat posisi politik ketiga parpol dalam pileg dan pilpres 2024,” kata Dradjad, Ahad (15/2/2022).

Hal ini, menurut Dradjad, karena kesepakatan ketiga Ketum di atas mempunya efek kejut politik yang besar. Parpol lain baru berancang-ancang menjajaki koalisi, Golkar, PAN dan PPP sudah terlebih dulu menyepakati membangun koalisi. 

Selain itu, lanjut Dradjad, dari hasil Pileg 2019, ketiga parpol tersebut memperoleh 26,82 persen kursi DPR dan 23,93 persen suara. Jadi Koalisi Indonesia Bersatu sudah memenuhi persyaratan pasal 222 dari UU 7/2017 tentang Pemilihan Umum untuk mengusung Capres dan Cawapres dalam pilpres 2024.

Parpol lain tentu jadi berhitung, apa yang membuat ketiga ketum parpol tersebut jauh-jauh hari sudah bisa menyepakati koalisi? "Saya menduga, beberapa parpol terkejut karena tidak menyangka perkembangan ini (caught by surprise). Bisa saja mereka mempercepat rencana koalisi mereka, atau berusaha merangkul ketiga parpol tersebut, atau bisa juga berusaha agar Koalisi Indonesia Bersatu tidak jadi terwujud,” papar Dradjad yang juga ekonom INDEF tersebut.

Yang jelas, menurut Dradjad, keputusan Golkar, PAN dan PPP telah mengubah peta politik nasional dengan cukup signifikan.

Dradjad mengatakan tokoh-tokoh nasional yang potensial menjadi capres jelas akan menjajaki dukungan koalisi ini. Tokoh yang sekarang menjadi Ketum parpol atau putri Ketum parpol seperti Puan, Prabowo, Muhaimin dan AHY, mau tidak mau harus mengkaji, apakah koalisi ini bisa diajak mendukung, atau justru menjadi pesaing politik.

"Tokoh yang bukan ketum parpol seperti Ganjar, Anies, mas Tris (Soetrisno Bachir), Sandiaga Uno dan Erick Thohir, mau tidak mau perlu menjajaki apakah bisa diusung koalisi ini,” paparnya. Singkat cerita, tambah Dradjad, posisi tawar politis dari ketiga parpol ini naik drastis.

Dradjad meyakini, Presiden Jokowi pun akan tertarik dengan koalisi ini. Sebagai Presiden, menurutnya, Jokowi netral dalam Pilpres 2024. Namun Jokowi dan keluarganya juga rakyat Indonesia yang mempunyai hak politik. Wajar jika Presiden mempunyai preferensi terhadap capres tertentu dan itu akan diikuti oleh sebagian besar pendukungnya.

Jika Koalisi Indonesia Bersatu mengusung capres tersebut, menurut Dradjad, karena pilpres dan pileg berlangsung serentak, maka ketiga parpol ini berpotensi mendapatkan limpahan suara capres.

"Jangan lupa, mas Airlangga, bang Zul (Zulkifli Hasan) dan mas Suharso sendiri juga berpotensi menjadi Capres atau Cawapres. Dengan berkoalisi,  stok politik mereka otomatis naik, sehingga bisa saja koalisi nanti mengusung dua Ketumnya, di mana satu Ketum yang tidak maju akan diberi deal politik yang sangat bagus. Skenario ini bisa saja terjadi,” papar politikus senior ini.

Keempat hal di atas memberi efek elektoral yang besar bagi ketiga parpol. Efek elektoral ini tinggal dimaksimalkan oleh para kader, terutama para calegnya. Apalagi, segmen pemilih ketiga parpol ini sangat berbeda.  "Dari sisi internal PAN, saya melihat kesepakatan koalisi ini adalah booster yang bisa menaikkan elektabilitas para Caleg PAN di dapil masing-masing,” pungkas Dradjad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement