REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi memastikan pemerintah selalu waspada terkait lonjakan kenaikan kasus saat libur Lebaran mendatang. Hal ini didasari oleh kebijakan pemerintah yang melonggarkan aktivitas saat arus mudik lebaran.
“Pemerintah telah membuat langkah awal diantaranya dengan peningkatan cakupan dosis vaksinasi dosis kedua dan juga booster, peningkatan kapasitas active case surveillance, testing dan tracing hingga jaminan akan fasilitas respons kesehatan yang mumpuni,” kata Nadia, Jumat (29/4/2022).
Ia juga menyatakan pemerintah tidak akan tergesa-gesa dalam membuat kebijakan transisi pandemi ke endemi. Nadia menekankan, kebijakan transisi dari pandemi Covid-19 harus disusun secara bertahap.
"Tentunya perlu diterapkan secara bertahap dan disiapkan peta jalan untuk mempersiapkan normalisasi aktivitas masyarakat melalui kebijakan pengendalian virus Covid-19 dengan target agar tingkat hospitalisasi dan kematian tetap pada level rendah," kata Nadia,
Sementara Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama berharap agar kasus dan kematian akibat Covid-19 terus melandai. Jangan sampai ada lonjakan kasus tidak terkendali sebagai dampak mudik kali ini.
Untuk itu maka ada lima tips yang dapat dilakukan. Pertama sesuai kebijakan yang sudah ada maka bagi yang belum agar segera mendapat vaksinasi booster, baiknya bukan hanya bagi pemudik tapi juga bagi keluarga di kampung halaman.
"Ini bukan hanya bermanfaat bagi para pemudik tetapi juga tentu diharapkan juga punya dampak bagi memberi perlindungan juga bagi kemungkinan penularan di kampung halaman yang dikunjungi," ujar Tjandra.
Kedua, para pemudik diharapkan agar tetap menjaga protokol kesehatan dalam hal memakai masker secara ketat dan juga secara rutin mencuci tangan. Ketiga, para pemudik perlu berupaya optimal untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan, tentu tidak terlalu mudah dan perlu disesuaikan dengan situasi lapangan yang ada.
"Sesuai anjuran WHO maka setidaknya ada tiga hal kalau kita harus terpaksa ada dalam kerumunan yakni sedapat mungkin kalau ada kerumunan adalah di ruang terbuka, daripada di ruang tutup. Tetap berupaya maksimal untuk menjaga jarak dengan orang lain di sekitar kita dan upayakan agak kalau toh harus ada dalam kerumunan maka lama waktunya lebih singkat,"terang Tjandra.
" Artinya, kalau memang terpaksa harus berada dalam kerumunan maka baik kalau direncanakan dengan baik tentang apa yang akan dilakukan, sehingga dalam waktu singkat dapat diselesaikan," sambungnya.
Keempat, bila memang tidak ada aturan melakukan tes sebelum bepergian kalau sudah vaksin 2 kali dan booster. Tetapi, kalau ada keluhan dan atau ada kontak maka tentu tetap harus dilakukan test, dan untuk ini harus tersedia kemudahan masyarakat melakukan tes.
"Hanya dengan jumlah tes yang memadai maka kita dapat mengetahui situasi epidemiologi yang sebenarnya," kata dia.
Tak hanya itu, pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) juga perlu ditingkatkan. Diketahui, bahwa yang paling diwaspadai sekarang ini adalah ada tidaknya varian atau subvarian baru.
"Kelima, persiapan kemudahan masyarakat untuk mendapat pelayanan di Puskesmas atau Rumah Sakit bila memang terkena Covid-19 di masa arus mudik kali ini," ujar Tjandra.