Senin 18 Apr 2022 08:52 WIB

Gangguan Kesehatan Mental: Keluarga Bisa Jadi Faktor Penyebab atau Pencegahnya

Setidaknya ada lima tips bisa dilakukan keluarga saat menghadapi tekanan hidup.

Dini Rahma Bintari, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada seminar parenting Ramadhan 1443 dengan tema “Kiat Menjaga Kesehatan Mental Keluarga di Era Disrupsi Akibat Pandemi Covid-!9” yang diselnggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam bekerja sama dengan Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), Ahad (17/4/2022).
Foto: Istimewa
Dini Rahma Bintari, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada seminar parenting Ramadhan 1443 dengan tema “Kiat Menjaga Kesehatan Mental Keluarga di Era Disrupsi Akibat Pandemi Covid-!9” yang diselnggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam bekerja sama dengan Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), Ahad (17/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga sesungguhnya diharapkan dapat menjadi elemen yang mendukung setiap anggotanya merasa aman, nyaman dan tidak stres. Namun, kadangkala keluarga juga bisa menjadi sumber dari gangguan kesehatan mental seseorang bila tidak ada upaya saling memahami antar anggota keluarga, terutama di saat pandemi seperti sekarang ini. 

Demikian disampaikan oleh Dini Rahma Bintari, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada seminar parenting Ramadhan 1443 dengan tema “Kiat Menjaga Kesehatan Mental Keluarga di Era Disrupsi Akibat Pandemi Covid-19” yang diselnggarakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam bekerja sama dengan Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), Ahad (17/4/2022).

Dini manyampaikan, bahwa setidaknya ada dua faktor yang membedakan kondisi seseorang saat mengalami stress, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi seseorang adalah karakteristik individu (usia, gender, kondisi sosial dan ekonominya), pengalaman stress sebelumnya, tipe kepribadian, dan pola pikir. Sementara untuk faktor eksternal yaitu ada atau tidak adanya dukungan sosial. 

“Stres pada masa pandemi yang terjadi saat ini, bisa jadi mendorong kita lebih waspada dan antisipasi untuk jalankan protokol kesehatan agar tidak mudah tertular Covid-19. Namun, pada orang tertentu yang memang sudah lebih dulu punya masalah hidup akibat tekanan ekonomi, kehilangan salah satu anggota keluarganya dan lemahnya dukungan sosial padanya, justru memperburuk keadaannya,” ujar Dini.

Untuk itu, Dini menyarankan, setidaknya lima tips yang bisa dilakukan keluarga saat menghadapi tekanan hidup. Yaitu, saling mendukung bila ada anggota keluarga yang sedang hadapi masalah, menjadi teman curhat atau membangun komunikasi keluarga yang baik, melakukan hal yang rekreatif sehingga mampu menurunkan stress, kenali ciri-ciri stress pada anggota keluarga, dorong keluarga untuk memiliki harapan dan tujuan masa depan, dan meningkatkan ketakwaan dan keyakinan kepada Allah SWT dengan meningkatkan ibadah sebagai sarana mengatasi stress. 

“Banyaknya forum-forum ibadah di bulan Ramadhan ini  antaraalin dapat dijadikan momen yang baik untuk orang tua mengajak seluruh anggota keluarganya mengatasi stress," ujar Dini.

Dalam kesempatan yang sama, Azimah Subagijo juga menyampaikan bahwa gangguan kesehatan mental pada seseorang terjadi terutama karena pelampiasan dari emosi negatifnya yang dilakukan secara salah. Seperti, berlebihan menggunakan gadget, hingga kekerasan. Akibatnya, justru menimbulkan masalah baru yaitu antaralain penyakit mental akibat kecanduan gadget, atau korban fisik dan psikis akibat KDRT. 

“Nomophobia atau panik bila jauh dari ponsel, fomo atau khawatir ketinggalan informasi karena tak terhubung dengan internet, textraphrenia atau sensasi palsu setelah menerima pesan, hingga sexting atau gemar berbagi pesan seksual, belakangan semakin banyak orang disekitar kita yang mengalaminya," ujarnya. 

"Bahkan ada seorang ayah yang tega menganiaya balitanya karena kalah main game online, atau ibu yang menganiyaya tiga anaknya hingga salah satunya meninggal dunia. Tentu kondisi ini akan terus menimbulkan masalah bila tidak diatasi apalagi jika terjadi sejak usia anak-anak,” ujar Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id. 

Oleh karena itu, Azimah menyarankan, menjadikan komunikasi keluarga yang baik sebagai kiat untuk mengatasi tekanan hidup. Menurut Azimah, komunikasi ini penting bukan hanya kepada sesama manusia, namun juga komunikasi kepada Sang Pencipta.

“Komunikasi dapat membantu seseorang mengatasi stress karena dengan komunikasi yang efektif seseorang akan dapat belajar menerima masalah yang menimpanya (ikhlas), berpikir positif (hikmah), hingga menemukan solusi atas permasalahannya. Termasuk juga dengan berkomunikasi kepada sang pencipta melalui doa dan ibadah,” ujar Azimah yang juga Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Kaluarga DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam ini.

Selain pemberian materi pada seminar parenting Ramadhan 1443, kegiatan ini juga diikuti dengan pembagian paket sembako kepada 160 keluarga dhuafa dan pelajar terdampak Covid-19 dengan dukungan dari  Yayasan Pundi Amal dan Peduli Kasih (YPP) SCTV dan Indosiar, serta LAZ Baitus Salam.

Djodi Tjahjadi, selaku Ketua DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini. Menurut beliau, setiap orang tua penting untuk peduli kemaslahatan anaknya agar tidak terjerumus perilaku menyimpang seperti narkoba dan tawuran, termasuk juga dukungan dari masyarakat sekitarnya.

“Kami di Masjid Raya Palapa Baitus Salam ini terbuka dengan berbagai pihak untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di masjid ini bagi kegiatan-kegiatan positif anak-anak, remaja, ibu-ibu, dan juga masyarakat umum. Para orang tua bisa mengajak anaknya berolah raga, bermain, atau belajar di TPA atau diniyah, selain juga untuk beribadah,” ujar Djodi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement