Rabu 30 Mar 2022 13:18 WIB

KSAU: Transformasi Teknologi Penting untuk Menghadapi Perang Generasi Kelima

Karakter perang generasi kelima akan banyak bertumpu pada ancaman non kinetik.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Ilham Tirta
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Fadjar Prasetyo.
Foto: Dispenau
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Fadjar Prasetyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, TNI Angkatan Udara harus membangun air power atau kekuatan udara nasional, khususnya dalam menghadapi peperangan generasi kelima. Menurut dia, untuk mencapai hal tersebut, pihaknya perlu melakukan transformasi pada sektor teknologi dan intelektualitas sumber daya manusia (SDM).

Hal ini disampaikan saat Fadjar menjadi key note speech dalam Seminar Internasional Air Power dengan tema 'Pembangunan Kekuatan Udara Nasional untuk Menghadapi Ancaman pada Era Perang Generasi Ke-5'. Acara ini digelar di Gedung Puri Ardhya Garini, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (30/3/2022).

Baca Juga

"Saya ingin menekankan, untuk mewujudkan kekuatan udara nasional yang mampu menghadapi tantangan peperangan generasi kelima dibutuhkan lebih dari sekadar akuisisi platform generasi terbaru. Untuk itu, TNI AU benar-benar harus melaksanakan transformasi dengan melaksanakan investasi jangka panjang pada sektor teknologi dan intelektualitas SDM yang dimiliki," kata Fadjar.

Fajdar menjelaskan, karakter perang generasi kelima akan banyak bertumpu pada aksi atau ancaman non kinetik. Hal ini dapat berupa disrupsi energi, sosial dan ekonomi, hingga disinformasi.

Selain itu, peperangan masa depan tersebut akan turut menggunakan serangan siber atau cyber attack yang memanfaatkan teknologi terbaru, seperti AI atau Artificial Intelligence, dan autonomous system. Bahkan, Fadjar melanjutkan, secara lebih dalam, elemen elemen-peperangan seperti network centric thinking, combat cloud constructs, multi domain battle serta fusion warfare akan menjadi kapabilitas atau atribut baru dalam kompetisi keunggulan militer.

"Karena itu, TNI AU harus menyikapi tantangan masa depan tersebut dengan membangun kekuatan udara yang mampu mendayagunakan integrasi data dan konektivitas," kata dia.

Dia menuturkan, pada kegiatan Rapat Pimpinan TNI-Polri beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo juga telah menekankan pentingnya transformasi digital, termasuk menyiapkan talent digital. Sebab, mengingat pertempuran masa depan adalah pertempuran teknologi.

Disisi lain, lanjut dia, air power telah tampil sebagai kekuatan yang memiliki hubungan sangat erat dan tidak terpisahkan dengan teknologi. "Hal ini terlihat jelas pada pengaruh perkembangan teknologi pada evolusi air power dalam beberapa dekade terakhir," ujarnya.

Bahkan kini, space power sebagai salah satu bentuk kekuatan udara yang diimplementasikan di domain antariksa pun tidak bisa lagi dihiraukan. Ia menyebut, beberapa negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat hingga Australia telah membentuk organisasi baru untuk mengatur pemanfaataan domain tersebut.

"Sebagai insan dirgantara, kita dapat menyimpulkan bahwa air power adalah kekuatan yang masih dan akan terus berevolusi sekaligus menjadi penentu dalam pertempuran masa depan," kata Fadjar.

Fadjar berharap agar seminar ini dapat menjadi embrio kebijakan strategis TNI AU dalam menyiapkan pembangunan kekuatan udara nasional untuk menghadapi ancaman pada era perang generasi kelima. Di samping itu, ia juga ingin seluruh komponen bangsa dapat mengambil wawasan penting serta membuka cara pandang dalam upaya bersama untuk membangun kekuatan udara nasional.

"Kekuatan udara nasional merupakan cerminan dari pertahanan negara dan keutuhan bangsa Indonesia. Saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama sama membangun kekuatan udara nasional, Tanah Air yang kita cintai ini," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement