Rabu 16 Mar 2022 17:19 WIB

Jamban Helikopter yang Masih Eksis Meski Mulai Terkikis

Tidak adanya dana membangun WC membuat jamban helikopter masih digunakan.

Seorang warga melintasi sebuah jamban helikopter di Desa iarapayung, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten.
Foto:

Kepala Desa Kiarapayung Mudarip mengungkapkan, pihaknya telah rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk buang air besar di tempat yang lebih layak. Namun diakuinya masih ada sejumlah warganya yang memang belum memiliki toilet di rumah, sehingga masih menggunakan jamban di kali.

"Jumlah warga saya total 5.000 KK (kepala keluarga), dari angka itu ada sekitar 200-an KK yang tidak memiliki toilet," kata dia.

Mudarip menuturkan sudah ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menstimulasi masyarakat agar memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Diantara pembangunan toilet dari program Sanitren serta program gerakan bersama rakyat berantas permukiman kumuh dan miskin (Gebrak Pak Kumis). Namun, realisasinya masih belum maksimal, terutama terkendala kondisi dana seiring dengan kondisi pandemi Covid-19.

"Baru tercapai 35 toilet di 35 rumah dari puskesmas, ditambah program Gebrak Pak Kumis 62 toilet di 62 rumah, jadi totalnya hampir 100 toilet yang sudah dibangun. Targetnya ada 200 rumah, semoga tahun ini bisa terwujud. Kendalanya memang di anggaran," terangnya.

Dia mengatakan, paling tidak anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp2,5 juta per toilet per rumah. Dia merangkul pihak manapun jika ingin membantu dalam mewujudkan pembangunan toilet di seluruh rumah warga di wilayahnya.

Menurut penuturan Mudarip, sebenarnya sudah ada perubahan perilaku masyarakat. Jumlah jamban yang berdiri di kawasannya saat ini dinilai sudah jauh berkurang dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

Dalam waktu dekat, setidaknya pihaknya akan memperbaiki toilet umum yang tengah terbengkalai. Dengan demikian, warga yang belum memiliki toilet bisa memanfaatkannya dan tidak sembarangan buang air di kali.

"Kita perbaiki toilet umumnya. Tapi mungkin memang lebih baik dibuatkan di rumah karena pasti warga akan merawatnya daripada umum, tanggung jawabnya kurang," kata dia.

Sedangkan menurut catatan Pemkot Tangsel ada sebanyak 1.700 KK di tujuh kecamatan Kota Tangsel masih menggunakan jamban helikopter sebagai fasilitas buang air. Sekitar 25 persen diantaranya tercatat ada di Kecamatan Setu.

"Data sekarang sekitar 1.700-an KK. Paling banyak di Kecamatan Setu yakni 420-an KK," ujar Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie di Kota Tangsel, Selasa (15/3/2022).

Banyaknya jamban helikopter itu menunjukkan masih banyaknya perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di Tangsel. Sehingga upaya pembangunan tempat sanitasi yang layak menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan Pemkot Tangsel.

Namun menurut data Pemkot Tangsel, jumlah warga Tangsel yang menggunakan jamban helikopter pada saat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebanyak 1.824 KK. Benyamin menyebut penurunan itu terjadi karena upaya intervensi pembangunan tempat sanitasi yang dilakukan dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

"Dalam satu tahun anggaran kita sudah intervensi melalui APBD kurang lebih 100 sampai 150 lokasi," tuturnya.

Benyamin memastikan, pihaknya akan tetap berupaya melakukan pembangunan sanitasi yang lebih sehat bagi masyarakat. Sehingga jumlah jamban helikopter yang terlampau banyak tersebut dapat diminimalisasi.

"Secara fisik, konstruksi kita bangunkan bagi warga yang punya lahan di rumahnya, tapi bagi yang tidak punya lahan kita desain misalnya menjadi bilik komunal dua tiga rumah tangga itu satu tempat BAB," tuturnya.

photo
Cek sehat dari buang air besar - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement