Rabu 16 Mar 2022 00:31 WIB

Ini Kecamatan di Tangsel dengan Jumlah Pengguna Jamban 'Helikopter' Terbanyak

Total pengguna jamban 'hellikopter' di Kota Tangerang Selatan sebanyak 1.700 KK.

Rep: Eva Rianti/ Red: Andri Saubani
Seorang warga melintasi sebuah jamban
Foto: Republika/Eva Rianti
Seorang warga melintasi sebuah jamban

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sebanyak 1.700 kepala keluarga (KK) di tujuh kecamatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dikabarkan masih menggunakan jamban 'helikopter' sebagai fasilitas buang air. Sekitar 25 persen di antaranya tercatat ada di Kecamatan Setu. 

"Data sekarang sekitar 1.700-an KK. Paling banyak di Kecamatan Setu yakni 420-an KK," ujar Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie di Kota Tangsel, Selasa (15/3/2022). 

Baca Juga

Banyaknya jamban 'helikopter' atau kakus berupa kayu dan karung yang dibangun di bantaran sungai itu menunjukkan masih banyaknya perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di Tangsel. Sehingga upaya pembangunan tempat sanitasi yang layak menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan Pemkot Tangsel. 

Namun menurut data Pemkot Tangsel, jumlah warga Tangsel yang menggunakan jamban 'helikopter' pada saat ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebanyak 1.824 KK. Benyamin menyebut penurunan itu terjadi karena upaya intervensi pembangunan tempat sanitasi yang dilakukan dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). 

"Dalam satu tahun anggaran kita sudah intervensi melalui APBD kurang lebih 100 sampai 150 lokasi," tuturnya.

Benyamin memastikan, pihaknya akan tetap berupaya melakukan pembangunan sanitasi yang lebih sehat bagi masyarakat. Sehingga jumlah jamban helikopter yang terlampau banyak tersebut dapat diminimalisasi. 

"Secara fisik, konstruksi kita bangunkan bagi warga yang punya lahan di rumahnya, tapi bagi yang tidak punya lahan kita desain misalnya menjadi bilik komunal dua tiga rumah tangga itu satu tempat BAB," tuturnya. 

Lebih lanjut, untuk mewujudkan upaya tersebut, ada upaya kerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta dalam berkontribusi. Sehingga pembangunan toilet yang layak bagi masyarakat dapat lebih cepat terealisasi. 

"Tetap kita intervensi baik dari APBD maupun melalui program pihak ketiga CSR juga ada bantuannya. (CSR) sudah mulai kegiatannya dari tahun kemarin," ujarnya. 

Dia menambahkan, selain upaya berupa pembangunan fisik tempat sanitasi, perlu upaya dari segi lainnya untuk mengurangi kakus-kakus yang melenggangkan perilaku BABS masyrakat. 

"Selain membangun fisik, ada dua sisi yaitu sisi media dan budaya. Kalau sisi media kita mintakan teman-teman di puskesmas untuk melakukan sosialisasi. Sisi budayanya ini peran para tokoh masyarakat peran lurah untuk edukasi meninggalkan kebiasaan BABS," terangnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement