REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam survei terbarunya menemukan bahwa mayoritas pendukung koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin menentang penundaan Pemilu 2024. Hasil survei LSI berbanding terbalik dengan keinginan para elite tiga partai yang belakangan mengusulkan penundaan pemilu.
"Misalnya PKB yang ketua umumnya menyatakan keinginan untuk adanya penundaan pemilu karena alasan ekonomi dan sebagainya, ini ternyata 66,2 persen dari yang memilih PKB, dari yang memilih partai Gus Muhaimin itu 66,2 persen menyatakan menolak isu penundaan pemilu atau tidak setuju," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa dalam konferensi pers secara daring, Kamis (10/3/2022).
Pemilih Partai Amanat Nasional (PAN) paling banyak yang menentang penundaan pemilu. Sebanyak 93 ,7 persen pemilih PAN tidak setuju Pemilu 2024 ditunda. Kemudian sebanyak 71,6 persen pemilih Partai Golkar juga menentang penundaan pemilu.
"Di Partai Golkar sendiri itu 71,6 persen menolak isu penundaan pemilu," ujarnya.
Kemudian, pemilih Partai Gerindra yang tidak setuju dengan penundaan pemilu sebesar 80,5 persen. Sementara 56,3 persen pemilih PDIP juga menolak wacana penundaan pemilu.
"Kemudian dari partai oposisi ternyata juga terlihat secara mayoritas di angka 87,5 persen, untuk PKS 85,8 persen, Berkarya 85 persen juga menolak isu penundaan pemilu," tuturnya.
"Jadi dari data ini kita lihat bahwa partai oposisi maupun partai pendukung koalisi itu memang pemilihnya menyatakan mereka mayoritas menolak penundaan pemilu yang sekarang ini sedang digulirkan," imbuhnya.
Untuk diketahui survei dilakukan dengan wawancara tatap muka yang dilengkapi dengan riset kualitatif pada tanggal 23 Februari - 3 Maret 2022, menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia.
Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (MoE) survei ini adalah sebesar +/- 2.9 persen. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview), untuk memperkuat temuan dan analisis.
Hasil survei LSI Denny JA selaras dengan survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada Desember 2021. Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi pun mempertanyakan basis data yang digunakan elite Golkar, PKB, dan PAN yang mengeklaim bahwa penundaan Pemilu 2024 merupakan aspirasi masyarakat.
"Golkar, 57 persen pemilihnya mengatakan sebaiknya pemilu tetap dilaksanakan di 2024 dan hanya sedikit atau minoritas yang menyatakan pemilu sebaiknya ditunda hingga 2027," ujar Burhanuddin dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (5/3/2022).
Hal senada juga terjadi kepada massa pemilih PKB. Dalam surveinya, mayoritas pemilih partai tersebut berpandangan berbeda dengan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar yang pertama kali mengusulkan penundaan Pemilu 2024.
"Responden kami mengatakan memilih PKB, hampir 70 persen pemilih PKB sendiri juga tidak setuju dengan klaim ketua umumnya Cak Muhaimin," ujar Burhanuddin.
Angka dukungan Pemilu 2024 juga lebih tinggi pada massa pemilih PAN. Sebanyak 81,9 persen pemilih partai berlambang matahari itu mendukung kontestasi tetap digelar pada 14 Februari 2024.
"Bahkan aspirasi penundaan pemilu seperti yang disuarakan Pak Zulkifli Hasan hanya direspon positif oleh 13 persen basis massa mereka," ujar Burhanuddin.
Lewat hasil survei tersebut, ia mempertanyakan basis data dari Partai Golkar, PKB, dan PAN yang mengeklaim bahwa rakyat mendukung penundaan Pemilu 2024. Padahal, dukungan terhadap Pemilu 2024 justru bersifat multi partisan yang disepakati berbagai pihak.
"Aspirasi warga terkait dengan pemilu yang tetap dijadwalkan sesuai konstitusi itu bersifat multi partisan. Siapapun partainya, capres yang didukungnya, ormas Islam afiliasinya, semua setuju pemilu tetap dengan jadwal," ujar Burhanuddin.