Sabtu 05 Mar 2022 20:01 WIB

Erick Bicara Tantangan Indonesia Saat Tutup Harlah NU

Indonesia hadapi masalah disrupsi kesehatan, digital, dan rantai pasok global.

Menteri BUMN, Erick Thohir saat memberikan sambutan secara virtual di Penutupan Harlah ke-99 NU. Erick bicara tentang tiga tantangan Indonesia, Sabtu (5/3/2022).
Foto: istimewa/doc humas
Menteri BUMN, Erick Thohir saat memberikan sambutan secara virtual di Penutupan Harlah ke-99 NU. Erick bicara tentang tiga tantangan Indonesia, Sabtu (5/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap 3 tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia. Ketiga hal itu adalah disrupsi kesehatan, disrupsi digital, dan disrupsi rantai pasok global.

"NU memiliki peran strategis bagi bangsa Indonesia baik sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia,” kata Erick secara virtual, di acara penutupan hari lahir NU ke 99 dengan tema "Merawat Jagat dan Membangun Peradaban" di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (5/3), seperti keterangan pers yang diterima Republika.co.id. 

Disrupsi kesehatan, kata Erick, harus disadari oleh seluruh masyarakat. Dalam dua tahun terakhir kehadiran pandemi terus menguji ketahanan kesehatan. Pandemi membuat bangsa Indonesia harus betul-betul membesarkan fasilitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Tantangan kedua, dijelaskan Erick adalah disrupsi digital. Menurut Erick, disrupsi teknoologi  tengah merubah kebiasan masyarakat. Mulai transaksi dagang, belajar secara online, dan berbagai akitivitas lainnya.

Perubahan tersebut, lanjut Erick, menyasar pada seluruh bidang industri, termasuk industri agriculture. Ia memandang, keberadaam disrupsi teknologi tidak hanya merubah cara bertani tetapi bagaimana membangun sistem berdasarkan data dan keberlanjutan alam.

"Tentunya untuk meningkatkan keberlanjutan daripada alam dan lingkungan karena penerapan sistem //good agriculutre practice," demikian kata Erick Thohir.

Erick menjelaskan, tantangan ketiga adalah disrupsi rantai pasok global. Saat ini, berbagai harga komoditas mengalami kenaikan. Sebabnya, fondasi rentannya rantai pasok global yang dipengaruihi oleh geo politik, disrupsi kesehatan dan digital.

Kondisi global itu harus hadapi dengan kebijakan tepat yang memperhatikan keberlanjutan alam. Mengingat, isu perubahan iklim tengah menjadi perhatian dunia, beberapa isu itu di antaranya: pemanasan global, musim kemarau berkepanjangan dan berkurangnya sumber air. 

Untuk menghadapi berbagai tantangan itu, Erick menekankan perlu dirancang sebuah prgram transformasi dan prigram inovasi khususnya di sektor pangan.

"Agar menjadi ekoosistem berkelanjutan, demi masa depan indonesia yang lebih baik. Kami BUMN terus berupaya mewujudkan ekosistem tersbeut," papar Erick.

Lebih lanjut, anggota Kehormatan Banser NU itu mengulas tentang upayanya membentuk BUMN Holding pangan  ID Food. Dikatakannya,  holding ID Food dibentuk untuk fokus pada pasar.

Secara teknis 9 BUMN yang digabung itu untuk memastikan rantai pasok dari hulu hingga hilir. Mulai penyediaan bibit berkualitas, mencukupi kebutuhan pupuk, dukungan teknolgi pertanian, sarana logistik yang terintegrasi dan distribusi pasarnya.

"Apalagi sekarang ada Badan Pangan Nasional. Ke depan Bulog akan fokus pada stabilitas pangan, bisa menjaga kepastian harga pada petani, kita perkuat ekosistem pangan ini melalu program Makmur yakni inisiatif nyata ekosistem pangan berkelanjutan dan holistik," jelas Erick.

Lebih detail Erick mengulas tentang peran BUMN seperti Jasindo yang menjamin asuransi pada petani. Juga peran BRI dan bank Syariah Indonesia yang hadir secara lengkap memberikan fasilitas bagi petani.

Erick bangga karena dari target 50 ribu hektar saat ini justru mencapai 71 ribu hektar. Tahun ini, Erick mentargetkan ada 200 ribu yang telah mengakses program Makmur. Apalagi, para petani terbukti meningkatkan produktivitas dan keuntungan petani.

"Alhamdulillah petani bisa mendapat manfaat nyata yakni peningkatan produktivitas tani sebesar 30 persen meningkatkan keuntungan tani sebesra 45 persen. kami masih fokus kelapa sawit, tebu dan padi. Insyaalah kedepan mendorong bidang kopi," demikian penjelasan Erick.

Erick juga  akan fokus menyentuh sektor industri sawit. Teknis programnya tidak sama dengan program Makmur. PTPN sebagai salah satu BUMN berupaya merealisasikan program sawit rakyat dengan terus berkolaborasi membangun sawit rakyat.

"Yang sudah tua dan tidak produktif harus diremajakan tanpa menciptakan lahan sawit baru. Hingga saat ini dari 42 ribu hektare yang sudah kerjasama dan hampir 1 juta bibit sawit unggul didistribusikan oleh PTPN. Sambil menunggu bibitnya bisa kerja dengan PTPN," ungkap Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement