Sabtu 26 Feb 2022 01:05 WIB

Asa Aminah di Tengah Melambungnya Harga Kedelai

Program swasembada kedelai yang didengung-dengungkan pemerintah tidak jalan.

Pekerja memproduksi tempe rumahan. Asa Aminah di Tengah Melambungnya Harga Kedelai
Foto:

Masih impor

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengakui kenaikan harga kedelai setiap tahun di Tanah Air dikarenakan komoditas itu masih impor. "Kedelai adalah tanaman tropis, sehingga produktivitasnya rendah jika ditanam di Indonesia. Jika di Amerika produktivitas tanaman kedelai bisa mencapai 5 ton per hektare, maka di Indonesia produktivitasnya hanya mencapai 1,3 ton hingga 1,5 ton per hektare," kata Adik yang juga pengusaha pertanian asal Kota Batu tersebut.

Di sisi lain, swasembada kedelai yang telah dicanangkan, tidak kunjung tercapai akibatnya gejolak komoditas itu selalu terjadi setiap tahun. "Harusnya tidak terulang kembali jika pemerintah serius dalam mewujudkan program swasembada kedelai dalam negeri. Padahal swasembada pangan adalah hal mutlak yang harus dicapai sebuah negara untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri," katanya.

Saat ini harga kedelai impor melonjak menjadi Rp 11 ribu per kilogram dari harga normal Rp 9.000 per kilogram. Akibatnya, terjadi gejolak pada pengrajin tahu dan tempe hingga mereka melakukan aksi mogok produksi.

Seharusnya, komitmen mewujudkan swasembada kedelai diwujudkan dengan membuat peta besar peningkatan produksi kedelai nasional secara terukur. Namun, dari data menunjukkan produksi kedelai dalam negeri justru terus menurun.

Di Jawa Timur misalnya, pada tahun 2018 produksi kedelai Jatim mencapai sekitar 240 ribu ton, tahun 2019 turun menjadi sekitar 120 ribu ton. Dan di tahun 2020 produksi kedelai bertambah turun menjadi 57.235 ton, padahal konsumsi kedelai Jatim tahun 2020 mencapai mencapai 447.912 ton.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement